Melihat judul di atas Kamu mungkin bertanya-tanya tentang inti cerita ini. Sebenarnya judul di atas hanyalah sebuah simbol yang melambangkan kemunduran suatu sekolah. Sebenarnya apa yang menyebabkan sekolah itu bisa roboh?
Pada tahun 1001, di masa pergolakan kerajaan Hindu-Buddha, seorang jenius muda mendirikan sebuah sekolah menengah kecil-kecilan di daerah terpencil di Jawa Barat, yang hanya memiliki belasan murid. Sang jenius menyimpan penemuan berharganya di sekolah itu (baca cerita ke-5: Visiting the Past and the Future). Ia juga memelihara seekor kucing (baca cerita ke-6: Bubulabi) yang akhirnya menjelma menjadi bulubabi di zaman sekarang karena kejahatannya.
Suatu waktu ia mengkhawatirkan keadaan sekolahnya yang makin lama makin memburuk karena gedungnya yang sudah rusak dan muridnya tinggal sedikit. Terlintaslah dalam pikirannya sebuah ide untuk membubarkan sekolahnya karena kurangnya dana untuk rehabilitasi. Namun ide itu dibantah oleh salah seorang murid yang sangat mencintai sekolah itu. Murid itu menyatakan tekadnya untuk mempertahankan sekolah itu bagaimana pun caranya.
Berbagai cara sudah dilakukan oleh murid itu, namun tetap saja keadaan sekolahnya begitu, malah makin memburuk. Dan tak lama kemudian, sekolah itu pun tak memiliki murid lagi, atau dengan kata lainbubar. Murid itu tentu saja sangat menyesal. Lalu ia meminta pertolongan pada seorang mage (baca: /meij/, arti: penyihir/pengguna sihir) untuk membantunya. Mage itu bersedia membantunya dengan persyaratan: murid itu harus menyerahkan harta karun rahasia yang terdapat dalam sekolah itu kepada mage itu. Sebenarnya murid itu tak tahu menahu tentang harta karun itu, tapi akhirnya ia menyetujui persyaratan itu.
Mage itu menyulap sekolah itu, dan dalam sekejap sekolah itu menjadi jauh lebih baik dan besar daripada sebelumnya. Murid-murid pun banyak berdatangan untuk mendaftarkan diri. Tibalah saatnya untuk menyerahkan harta karun rahasia, namun sang murid berkata bahwa ia tak tahu menahu mengenai harta yang dimaksudkan si mage. Maka sang murid pun dikutuk mage menjadi batu, dan terjadilah pertempuran hebat antara sang jenius dan si mage. Karena sang jenius berpegang teguh pada ajaran Islam, ia berhasil memenangkan pertempuran setelah mati-matian berjuang, sedangkan si mage lenyap seketika. Sebelum lenyap, si mage mengutuk, Aku akan menghancurkanmu suatu saat nanti, sang jenius! Tunggu saja!
Sang jenius tidak menghiraukan kutukan si mage. Sekarang ia merasa sangat menyesal atas kegagalannya melindungi muridnya sendiri. Patung batu murid itu pun ia simpan baik-baik dalam gedung sekolah. Setelah beberapa hari, ia pun sadar bahwa kekuatan sihir si mage berpindah padanya. Hal ini membuatnya merasa resah, karena ajaran Islam menentang sihir. Setelah bertekad untuk tidak menggunakan sihir, ia pun merasa tenang.
Sekolah itu sekarang memiliki ruang bawah tanah (ruang di bawah tanah di mana terdapat matahari, langit, gunung, danau, dan hamparan padang rumput berbunga, tempat diletakkannya patung batu sang murid) dan ruang rahasia (baca cerita ke-5: Visiting the Past and the Future dan Biogawad). Kedua objek itu tidak dibuat dengan sihir, melainkan dengan teknologi penemuan sang jenius.
Zat penawar pretification (pembatuan/pematungan) sang murid sudah ditemukan, namun masih belum sempurna. Misalnya sang murid sudah kembali seperti semula, maka beberapa jam lagi dia akan kembali membatu.
Sekolah itu makin lama makin terkenal dan terunggul. Sayangnya pada tahun 1527, armada+pasukan Demak di bawah pimpinan Faletehan menyerbu Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Dalam perjalanannya, pasukan Demak akan melewati sekolah sang jenius. Dengan teropong yang terletak di menara sekolah, sang jenius meMANTAU keadaan sekitar dan mengetahui bahwa pasukan Demak akan melewati sekolahnya.
Ada yang aneh? Ya, karena sang jenius sudah berumur lebih dari 526 tahun. Hal ini disebabkan oleh pengaruh sihir si mage yang menyebabkan sang jenius tidak bisa menjadi tua ataupun mati. Ia merasa khawatir karena akan menghadapi dua pilihan: menunggu sampai dunia kiamat atau bunuh diri/mati. Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti kupu-kupu yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (Al-Qariah: 1-11). Ayat itulah yang ditakutkan olehnya. Pilihan kedua adalah bunuh diri atau terbunuh. Bunuh diri adalah dosa yang besar, sedangkan terbunuh kecil kemungkinannya. Dan terbunuh juga tidak baik, bila kita mengharapkannya.
Kembali ke peMANTAUan, sang jenius akhirnya memutuskan untuk memindahkan sekolahnya ke daerah lain yang lebih aman. Caranya? Dengan teknologinya yang canggih, ia telah berhasil menciptakan mesin pelawan gravitasi yang dipasang di Engine Room, yang dapat mengangkat benda yang beratnya bertriliun-triliun ton sekalipun.
Maka murid-murid pun diperingatkan agar tidak keluar dari gedung sekolah. Langsung saja tanah-tempat-gedung-sekolah-berdiri bergetar. Dalam sekejap, gedung sekolah sudah terangkat, melayangtepat sebelum pasukan Demak mendekat.
Gedung apa itu! Pasti mata-mata Portugis! SERANG!!! Gedung itu diserang dengan panah dan meriam, namun tidak efektif karena gedungnya anti-peluru dan ramah lingkungan. Gedung itu pun makin meninggi (2500 kaki di atas permukaan laut), kemudian bergerak menuju arah barat laut.
Setelah sekitar tiga jam, gedung sekolah pun tiba di atas hamparan rawa-rawa yang tidak ada penduduknya (sekarang bernama Rawamangun). Maka sekolah itu pun mendarat di atas sebuah pulau yang agak luas.
Masalah yang dihadapi sekarang adalah bagaimana caranya agar murid-murid itu dapat pulang. Sang jenius pun bertanggung jawab dengan membuat beberapa teleporter. Alat ini aman karena saat jam pelajaran, sistemnya tidak diaktifkan sehingga murid-murid tidak bebas pulang ke rumah, kecuali menggunakan kartu-izin gesek. Dan bagaimana caranya kembali ke sekolah? Untuk itu, si jenius menciptakan pintu gerbang dimensi yang menghubungkan desa murid-murid dengan sekolah.
Untuk menambah murid baru, didirikanlah jembatan (terbuat dari beton, namun dilapisi kayu-kayu agar tampak alami) yang menghubungkan pulau itu dengan pemukiman penduduk Sundakelapa. Sialnya, beberapa hari setelah pemindahan sekolah, armada Demak di bawah pimpinan Faletehan kembali menyerang Sundakelapa setelah berhasil menaklukkan Banten. Untunglah sekolah itu terletak agak jauh dari lokasi pertempuran antara Demak dan Portugis, sehingga aman. Tak lama setelah itu, Sundakelapa pun berhasil direbut dan dikuasai Demak, dan diganti namanya menjadi Jayakarta. Sang jenius hanya bisa berbangga, karena ia adalah pemeluk Islam.
Setelah beberapa bulan, sekolah sang jenius berhasil membuka pamornya lagi di Jayakarta. Berbondong-bondong murid mendaftar setiap harinya. Sekolah itu pun kembali menjadi ramai (murid-murid sebelumnya banyak yang tidak punya biaya untuk meneruskan sekolah, sehingga kembali ke desa).
Puluhan tahun berlalu, dan sekolah itu menjadi sekolah terbaik se-Indonesia. Namun sayang, Gubernur Jenderal VOC yang bernama Pieter Both, memindahkan pusat kedudukan VOC ke Jayakarta dengan tujuan untuk menyingkirkan Portugis di Malaka. VOC mendirikan kantor dagang di Jayakarta, begitu pula EIC. Maka terjadilah persaingan antara keduanya.
Beberapa lama kemudian, Gubernur Jenderal J.P. Kouen pun berkuasa. Ia mendirikan benteng VOC bernama Batavia. Pangeran Jayakarta dipecatnya lewat penguasa Banten, dan EIC pun tak memiliki hak dagang lagi. Jayakarta pun dikuasai VOC, dan berganti nama menjadi Batavia.
Karena dianggap tak memiliki izin, sekolah sang jenius dibubarkan. Kemudian gedungnya dihancurkan dengan cara diledakkan. Ledakannya sangat keras hingga menenggelamkan pulau tempat sekolah itu berdiri. Murid-murid merasa sedih karena harus kehilangan sekolah kesayangannya. Mereka diungsikan ke ruang rahasia yang memiliki dimensi berbeda dengan Batavia. Sebagian diungsikan ke ruang bawah tanah yang lebih tenang dan damai, yang juga berbeda dimensi.
Tabungan masa depan sekolah itu terbakar. Maka lenyaplah uang-uang sekolah (salah sendiri bukannya disimpan di ruang rahasia/ruang bawah tanah). Namun harta berharga sang jenius masih utuh karena disembunyikan di ruang bawah tanah. Begitu juga dengan patung batu sang murid.
Karena tak punya biaya lagi, sekolah itu bangkrut dan murid-murid tak bisa lagi bersekolah di situ. Keadaan pun tetap demikian seterusnya, sampai beberapa tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Saat itu gedung sekolahnya dipugar, sehingga dapat kembali seperti semula. Namun para pemugar tidak pernah menemukan ruang rahasia, ruang bawah tanah, dan Engine Roomhanya murid, guru, dan sang jenius yang tahu.
Sementara itu sang jenius pun menikah dengan seorang Jepang-muslim bernama Ryouko (saat itu masih ada beberapa orang Jepang yang tersisa). Maka lahirlah seorang anak yang akhirnya diberi nama Zorudemort, atas pertimbangan karena sang jenius gemar membaca novel Harry Potter 1-7 yang ia dapatkan dari masa depan melalui mesin waktu. Kelak anak itu akan menjadi pemimpin suatu lembaga-yang-dituduh-menyebarkan-virus Zombness dan Chlamytanmonas. Padahal nantinya yang menyebarkan virus itu adalah seorang anak SMP Labschool yang bernama Arrieffe.
Gedung sekolah itu pun digunakan sebagai sekolah negeri ([TK], SD, SMP, dan SMA) dan Laboratorium Bahasa beberapa tahun kemudian. Namun karena pertukaran hak milik gitu-gitu, sekolah itu menjadi milik Yayasan Pembina IKIP Jakarta. SMP dan SMA-nya dipindahkan ke tempat lain, sedangkan [TK] dan SD-nya tetap. YP IKIP Jakarta mengubah fungsi laboratorium dan sekolah sebelumnya menjadi SMP dan SMU baru, yaitu SMP dan SMU Labschool Jakarta. Dan juga karena suatu hal, YP IKIP Jakarta berganti nama menjadi Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta (YP UNJ). Labschool juga membuka cabangnya di Kebayoran.
Lalu bagaimana dengan sang jenius dan sang murid? Sampai sekarang ini pun, mereka masih tinggal di dalam ruang bawah tanah Labschool. Sampai pada suatu hari Shaffyu, Bullet, dan Ani datang mengunjunginya untuk mencari harta berhargamesin waktu (baca cerita ke-5: Visiting the Past and the Future). Kerahasiaan ruang bawah tanah pun terbongkar karena Pak Marsoediono (kepala sekolah SMP Labschool sebelum Parit) yang kini sudah kembali ke rahmatullah.
Beberapa lama kemudian Bullet kembali mengunjungi sang jenius untuk menyelesaikan misinya membasmi zombie. Kebetulan sang jenius telah berhasil menemukan Supersoft, yaitu item yang dapat digunakan untuk mengembalikan sang murid seperti semula. Maka Bullet mengambil Supersoft dari sang jenius untuk mengembalikan sang murid. Sang murid yang sudah kembali pun memberitahukan letak mesin waktu kepada Bullet setelah sebelumnya diberi tahu oleh sang jenius. Bullet lalu memanfaatkan mesin waktu untuk membasmi Raja Zombie pada tahun 2065 (paragraf ini merupakan bagian dari Biogawad).
Saat ini sepertinya sekolah sering kekurangan dana dalam urusannya. Oleh karena itu, iuran sekolah per bulan pun ditambah. Namun tetap saja kekurangan. Malah semakin memburuk.
Jumlah murid yang masuk tiap tahunnya pun makin merosot. Tentu saja hal ini karena biaya pendaftarannya yang semakin mahal. Sampai suatu hari muncullah cloning dari si mage, yang kemudian menyerang Labschool Rawamangun dan Kebayoran dengan mantra Collapse-nya. Cloning dari si mage pun lenyap karena selesai melaksanakan tugasnya untuk menghancurkan Labschool dan sang jenius. Mantra si mage tidak berhasil, namun setelah beberapa tahun, mantranya mulai bekerja dan merobohkan seluruh bagian Labschool dan cabang-cabangnya. Murid, guru, pegawai, dan pramubakti berhasil dievakuasi semuanya, namun sang jenius, sang murid, dan Ryouko tidak terselamatkan. Mereka tewas dalam pergolakan dimensi di ruang bawah tanah. Ternyata mantra si mage dapat mengacaukan perbedaan dimensi yang diciptakan oleh sang jenius. Begitu juga dengan ruang rahasia yang hancur seketika.
Hanya Zorudemortlah keluarga sang jenius yang selamat dari pergolakan dimensi. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, mengapa ayah tidak memberitahukan kejadian ini? Biasanya ia selalu bepergian menempuh aliran ruang dan waktu dan meramalkan hal yang akan terjadi, walau hal yang sangat kecil sekalipun.
Tapi ia ingat akan kata-kata ayahnya, Masa depan itu bisa saja berubah. Kita bebas saja menggunakan mesin waktu, karena merupakan teknologi, namun Allah-lah yang menentukan segala sesuatu yang akan terjadi. Segala sesuatu yang kita lihat di masa depan belum tentu sama dengan yang akan kita lihat. Dan ingat, kamu tidak boleh mengubah sejarah yang sudah lampau walau hanya sedikit, karena susunan kejadian sudah ditentukan dari dulu dan akan berpengaruh besar pada keberadaan kita di sini... dan satu lagi, mengubah masa depan juga dilarang....
Sekarang Zorudemort merasa sedikit lebih tenang. Dalam hatinya tak ada dendam sedikit pun pada orang yang menghancurkan Labschool. Yang ia inginkan sekarang hanyalah istigfar, kemudian ber-itikaf, merenung, berzikir, dan berdoa. Ia juga mohon ampun atas kesalahan besarnya saat membunuh Arrieffe secara tak langsung (baca Biogawad 3).
Tetap saja ia merasa sedih atas kepergian keluarganya. Ayahnya memang tidak ingin menghadapi kiamat, tetapi masih banyak yang ingin dilakukannya. Innalillahi wa innailaihi rajiun, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Bagaimana dengan Labschool? Kekurangan dana + kehancuran = ...? Tentu saja bangkrutuntuk selamanya lagi! Sampai jumpa di cerita lainnya!
TAMAT