CERITA-CERITA MENARIK KARANGAN CHUUI
Awal
Kabar
Tentang CHUUI
Cerita 1
Cerita 2
Cerita 3
Cerita 4
Cerita 5
Cerita 6
Cerita 7
Cerita 8
Cerita 9
Cerita 10
Cerita 11
Cerita 12
Cerita 13
Cerita 14
Cerita 15
Cerita 16
Cerita 18
Cerita Belum Selesai #1
Cerita Belum Selesai #2
Cerita Belum Selesai #3
Cerita Belum Selesai #4
Cerita Belum Selesai #5
Cerita Belum Selesai #6
Cerita Belum Selesai #7
BIOGAWAD: Biologi Gawat!

Cerita Ketujuh

Seperti biasa pada hari Kamis, Ani berangkat ke sekolah diantar ayahnya pagi-pagi pada jam setengah enam. Mobil pun sudah siap menunggu. Ani masuk dan berdoa dalam hati, lalu mobil mulai berpindah tempat. Ani merasa gemetaran sekali ketika berada di mobil, khawatir terlambat masuk sekolah. Sialnya, mobil terjebak macet. Rupanya ada mobil mogok di depan.

              Wah, ini gawat sekali, pikir Ani. Memang inilah saat-saat paling menakutkan yang dirasakan Ani ketika akan tiba di sekolah, karena Pak Kepala Sekolah dan Pak Mawariman serta Pak Alley Chudorria akan menyeterapnya, yang menyebabkan dia kehilangan jam pelajaran PA dan Seni Rupa, padahal ada tugas yang harus dikumpulkan hari ini juga.

              Lima belas menit kemudian, kemacetan berakhir, tetapi Ani masih khawatir, karena jam tangannya sudah menunjukkan pukul 06.30, dan jam pelajaran PA dimulai jam 06.45. Waktu Ani tinggal lima belas menit lagi. Ayahnya sadar bahwa Ani sudah ketakutanmaklum, Ani kan selalu tepat waktu karena tak mau harga dirinya turun. Oleh karena itu, ayahnya segera menancap gas sampai kecepatan 160 km/jam, karena ayahnya berpikir, Alah, kosong jalannya ini. Sayang, ketika sampai di persimpangan, lampu lalu lintas dengan tergesa-gesa memindahkan cahaya yang berada di lingkaran hijau ke lingkaran merah. Ani merasa semakin takut, namun ia juga merasa marah kepada mobil mogok tadi dan juga ayahnya. Andai saja mobil tadi tidak mogok, dan andai saja tadi ayah menambah kecepatan 40 km/jam lebih banyak, pikir Ani.

              Lampu lalu lintas menghijau dua menit kemudian (Lama sekali, sih!, kata Ani). Waktu tinggal lima menit lagi, Ani sudah hampir sampai di sekolah. Namun sayang, arus lalu lintas di Jalan Pemuda saat itu agak macet karena beberapa ibu dari anak-anak SD yang keluar dari mobil repot mencium dan menasihati anak-anaknya (lama sekali). Ani segera saja berpamitan dengan ayahnya, lalu menyambar pintu dan membukanya. Ia lari sekuat yang dia bisa untuk mencapai gerbang utama sekolah, karena ketika dia sudah hampir sampai di gerbang lain, gerbang itu langsung dikunci oleh satpam sekolah, Pak Yamato. Iseng sekali sih, Pak, pikir Ani.

              Akhirnya Ani sampai di pintu sekolah setelah melewati gerbang utama, yang terletak tak begitu jauh dari pintu sekolah. Namun, Ibu Ulyyah Latiéffah, Kepala Sekolah SMU, menjaga pintu sekolah, dan ia pun berkata, Mengapa kamu terlambat, Nak?

              Tadi jalanan macet, Bu, jawab Ani. Saya sudah berusaha untuk tidak terlambat

              Namun, Sudah, sudah, tak usah repot-repot, Nak, segera lari ke kelasmu! kata Ibu Ulyyah Latiéffah.

              Terima kasih, Bu, kata Ani seraya berlari meninggalkan Ulyyah, yang makin lama makin jauh. Ani terus berlari melewati samping Toko Koperasi, menempuh koridor yang sudah sepikoridor yang dipaksakan untuk dibangun di tempat terbuka lalu diberi atap fiberglass yang sudah kotor, lalu dia berlari melalui luar ruang-ruang kelas SMU, yang dipaksakan untuk dibangun berhimpitan dengan Gedung Teater Besar. Ani sampai di koridor di luar Perpustakaan, koridor tersebut gelap karena terletak di antara dua bangunan SMU, yang satu bangunan bertingkat tiga untuk beberapa kelas SMU dan SMP, dan satu lagi adalah bangunan di mana kelas-kelas yang bersebelahan dengan Gedung Teater Besar tadi terletak (Perpustakaan dan ruang-ruang kelas di koridor itu berada dalam satu bangunan).

              Ani pun segera berlari melewati pertemuan antara bangunan SMU bertingkat tiga, bangunan di mana Pepustakaan dan kelas-kelas-di-koridor berada, dengan Masjid Baitul Ilmi, yang dibangga-banggakan oleh seluruh warga sekolah (memang begitulah seharusnya sebuah masjid), yang bertingkat tiga. Di sisi lain masjid, terdapat bangunan SMP bertingkat tiga, yang pada lantai pertamanya terdapat bangku-bangku kantin yang terletak di koridor-terbuka antara kantin barat Café 2 (dekat masjid) dengan kantin timur (dekat dan tegak lurus dengan deretan ruang-ruang kelas satu). Di sebelah kanan kantin timur (jika dilihat menghadap kantin) terdapat tangga tenggara ke lantai dua, dan di sebelah kiri kantin barat (jika dilihat menghadap kantin) pun terdapat tangga barat daya ke lantai dua. Kedua tangga itu akan dihubungkan oleh koridor lantai dua setelah bordes pertama, dan di lantai tiga terdapat koridor lantai tiga yang menghubungkan sambungan tangga tadi. Jika Ani sampai di depan kantin barat dan tegak lurus dengan koridor kantin, lalu berjalan lurus, maka ia akan tiba di sebelah samping luar Kantor Kepala Sekolah SMP, dan jika diteruskan lagi akan tiba di wilayah SD, yang perbatasannya ditandai dengan pagar besi yang rendah-rendah. Di sebelah kanan kantin timur terdapat tangga tenggara dan Ruang Piket di sebelah kanan tangga itu, dan di sebelahnya lagi ada koridor dengan ruang kelas 1A dan 1B yang kalau diteruskan lagi akan nampak pagar besi yang rendah-rendah sebagai batas wilayah SMP dengan SD, sedangkan di sebelah kiri kantin timur terdapat koridor dengan ruang kelas 1C, 1D, dan 1E. Bagian depan masjid, bagian utara (samping) koridor kantin yang terbuka, koridor deretan kelas 1C-1E, dan koridor antara pertemuan gedung-gedung dengan ujung kelas 1C-1E yang bertangga timur laut di sebelah kirinya (jika dilihat menghadap depan pintu kelas 1E) membentuk tanah kosong di antaranya yang sudah dilapisi dengan batablok. Anak-anak menyebutnya Lapangan SMP. 

Memang tidak ada tahanan satu pun di lapangan SMP, karena itu Ani pun merasa lega. Ani segera mengendap-endap dengan cepat di koridor kantin yang kosong. Ani merasakan sesuatu yang aneh. Tidak ada siswa satu pun di tempat itu. Tidak ada penjaga kantin. Tidak ada pramubakti. Tidak terdengar suara siswa-siswi sedang mengaji di dalam kelas-kelas, dan tak ada guru seorang pun di Ruang-Piket-dengan-kaca-di-dindingnya. Ini bukan hari Minggu, dan juga bukan hari libur, pikirnya. Ketika Ani mulai melangkahkan kaki dan menginjak anak-tangga pertama pada tangga tenggara, terdengar suara di belakangnya. Entah suara apa itu. Ia merasa ketakutan. Lalu ia teringat bahwa tadi ia melihat Pak Yamato dan Ibu Ulyyah Latiéffah. Lalu ia segera berlari menuju bordes pertama, lalu berlari ke lantai dua. Ada koridor di sebelah kiri Ani (di sebelah kanan tangga jika dilihat mengahap tangga ke bawah dari lantai dua), yaitu koridor kelas 3A dan 3B. Di sebelah kanan Ani terdapat Ruang Guru Lantai II, yang arah pintunya tegak lurus terhadap Ani. Di sebelah kiri Ruang Guru Lantai II (jika dilihat mengahap Ruang Guru Lantai II) terdapat koridor yang sejajar dengan arah pintunya dan arah jalannya menjorok ke dalam. Itulah Koridor Kumuh sempit dan terpencil di mana ruang kelas 2D, 2E, dan 2F terletak. Di sebelah kiri Ruang Guru Lantai II setelah lubang masuk Koridor Kumuh terdapat koridor lantai dua di mana kelas 2A, 2B, 2C, dan berada, yang tegak lurus dengan arah lubang masuk Koridor Kumuh. Di ujung sisi lain koridor lantai dua terdapat pintu masuk masjid di sebelah kanan, agak menjorok ke dalam, dan sejajar dengan pintu kelas-kelas dua. Lalu setelah lubang-lorong-masuk-pintu-masjid terdapat ruang kelas 1F dan WC yang terletak di jorokan sebelah kiri dari lubang-lorong-masuk-pintu-masjid, pintu WC sejajar dengan pintu-pintu ruang kelas di lorong kelas dua. Di sebelah kiri lubang-pintu-masuk-masjid, agak lebih ke depan dari lubang, terdapat tangga barat daya, yang arahnya berhadapan dengan tangga tenggara. Tidak ada tanda-tanda ada seseorang di lantai dua, bahkan di Ruang Guru Lantai II sekalipun.

              Ani langsung menaiki tangga barat daya sampai ke bordes antara lantai tiga dengan lantai dua. Ia menemukan Handgun dan Handgun Bullets (bullet=peluru) di lantai bordes. Ia tidak tahu apa gunanyam, tetapi dia mengambilnya, Siapa tahu berguna, pikirnya. Ia merasa seperti bermain dalam game Silent Hill dan Resident Evil / Biohazard. Kalau teman-teman melihatku begini pasti akan mereka kagum, pikirnya dengan penuh rasa bangga dan percaya diri. Lalu ia segera naik ke lantai tiga. Struktur tata ruang pada lantai tiga hampir sama dengan lantai dua, hanya saja, lubang-lorong-masuk-pintu-masjid dan ruang kelas 1F digantikan dengan Laboratorium IPA SMP, Ruang Guru Lantai II digantikan dengan ruang kelas 1G dan 2G, dan koridor kelas 3A dan 3B digantikan dengan kelas 3C dan Ruang Guru Lantai III-Perpustakaan Kecil. Sepanjang koridor lantai tiga, terdapat lima ruang kelas, tiga di antaranya adalah kelas 3D, 3E, dan 3F, yang terletak di bagian tengah koridor, dan sisanya adalah kelas 1G dan 2G yang terletak di ujung sisi lain koridor lantai tiga. Kelas Ani adalah 2G, yang terletak di paling pojok dari koridor, dan dari pojok nampak pemakaman yang dari sekolah hanya dibatasi oleh jalan kecil dan rumah-rumah. Ani segera berlari menuju ruang kelasnya. Ia tidak melihat siapa-siapa. Dari situ, Ani melihat beberapa batu nisan bergeser dan bergerak-gerak di pemakaman. Ani merinding. Lalu ia melihat beberapa zombie keluar dengan tiba-tiba dari dalam beberapa liang kubur. Ani segera bersembunyi di balik dinding terluar koridor karena takut, kemudian berlari ke Ruang Guru Lantai III-Perpustakaan Kecil, siapa tahu ada orang. Ani pun masuk, danfuh, untunglah. Ani melihat dua sosok orang, ternyata yang satu adalah Ibu Ulyyah Latiéffah dan yang lain adalah Pak Yamato, keduanya sedang duduk di bangku Ruang Guru Lantai III. Ani hampir memotong pembicaraan mereka, dan untunglah dia tidak jadi memotong, karena sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat rahasia dan seru. Karena hari ini hari Kamis, maka

              We mustnt let the students, teachers, headmaster, and the workers die and then turn into zombies because of this incident!

              Yes, Madame! Itll very fatal to let them die and then turn into what? Oh yeah, zombies.

              Now they are all inside the secret room beside the Small Library. What must we do now for them!?

              Because of the zombies can not through the wall, it is good to let them inside there for a while. There are one thousand and fifty bathrooms and each has two clean closets, arent they? There is enough food for one week. Also there are one thousand and fifty beds, like the things you have said.

              Yes. But this thing happens by the LAMBRETA, Lembaga Ahli Meneliti Berbagai Rangkaian Ekosistem dan Tanaman Asing.

              Yeah, LAMBRETA have been researching the virus of Zombness. Zombness virus will change its place by using the wind, and if the virus possesed any died human body for one hour or more, the body will turn into a zombie. By the way, Madame. When did that secret room built?

              Its about one thousand years ago, when Ryacka

              Yes, yes I know that story

              I think now we are enough. Lets discuss with them about the incident.

              Okay.

              Lalu Ibu Ulyyah Latiéffah dan Pak Yamato berdiri dari bangku di ruang guru, dan hendak pergi ke Perpustakaan Kecil yang menyatu dengan Ruang Guru Lantai IIIdihubungkan oleh pintu tak berdaun. Ani merasa gelisah karena takut dikira telah mendengarkan percakapan mereka.

              Eh, Nak! Sedang apa kamu di sini!? Masuklah lagi ke ruang rahasia!

              Baik, jawab Ani. Sebenarnya dia tidak tahu harus bagaimana untuk masuk ke kamar rahasia. Er saya lupa, Bu, cara untuk masuk ke ruang rahasia.

              Masa lupa!? Tinggal ucapkan dalam hati Ryakka no Heya wa Rippa da maka rak buku itu akan bergeser dan memperlihatkan pintu kecil, Nak!

              Oh iya, Bu! Saya lupa sekali kata Ani pura-pura lupa. Saya kan tadi terlameh tidak apa-apa kok

              Iya, tadi kamu terlambat lima menit dari jam yang terpajang di depan, kata Ulyyah. Ibu tidak akan menghukummu, Nak. Tetapi lain kali hati-hati.

              Tadi mengapa Ibu menyuruhku ke kelas?

              Ibu kira teman-temanmu adalah orang yang solidaritasnya tinggi, tapi ternyata tidak begitu. Mereka menganggapmu tidak masuk, jadi mereka pergi ke tempat yang ditunjuk oleh Ibu.

              Oh, begitu, Bu.

              Nah, masuklah.

              Baik!

              Ryakka no Heya wa Rippa da, kata Ani dalam hati. Lalu tiba-tiba rak buku di pojok ruangan perpustakaan bergeser dan pintu kecil yang tertutup pun nampak. Ani membuka pintu itu, dan Ani sampai di aula yang besar dan sangat luas, kira-kira mencapai 100X100 meter. Lantainya dilapisi karpet krem. Langit-langitnya yang transparan sangat tinggi, dan langit biru terlihat. Di tengah-tengah langit-langit terdapat lampu kristal besar yang tergantung, tidak dinyalakan, dengan model yang persis seperti lampu kristal di Masjid Baitul Ilmi. Udaranya sejuk karena puluhan AC sudah lama dihidupkan. Di dinding aula ada 106 pintu yang mengelilingi ruangan. Satu dari pintu itu adalah pintu di mana Ani masuk, dan sisanya adalah pintu menuju kamar-kamar siswa, guru, kepala sekolah, pramubakti, staf administrasi (TU), dan perkeja sekolah (termasuk laboran). Banyak siswa yang sedang duduk dan tidur-tiduran di atas karpet yang empuk. Beberapa siswa 2G duduk dan sebagian tidur-tiduran.

              Eh, Ani! Kenapa baru datang!? kata salah seorang temannya, yang celamitan, egois, nyolot, hitamtetapi Ani lebih hitam, nggak jamin akan berteman selamanya, bertampang bego, noracks, menyukai Jessica dan Zeissa, dan berkepala panjul, siapa lagi kalau bukan Celatan.

              Bokér dulu tuh! celetuk salah seorang teman lagi yang berjerawat, tampang seperti perempuan (waktu kecil), berbadan besar dan tinggilebih besar dari yang lain, bawel, kepala bersegi-segi, selalu dekat-dekat dengan salah seorang lelaki lain, dan seperti laki-laki beneran, namun aneh, siapa lagi kalau bukan Pernil, yang nama Pernil-nya diberikan oleh salah seorang laki-laki yang sipit, Korea, punya kebiasaan bertepuk-tepuk telapak tangan bila bersemangat, yang akhir-akhir ini merasa rabun jauh (myop), dan noracks, siapa lagi kalau bukan Mitchuki. Julukan Mitchuki diberikan oleh seorang laki-laki lain yang asia barat / timur tengah, selalu membicarakan Harvest Moooon!, beruban, dan mengetahui banyak tentang bahasa Jepang, siapa lagi kalau bukan Rifuki, yang rumus menulis katakana Rifuki-nya diberikan oleh seorang lelaki yang tubuhnya pendek, gemuk, subur, padat, berisi, bulet, suka mengata-ngatai Celatan tetapi suka menuduh pada Mitchuki, suka membicarakan dan menyangkutpautkan segalanya dengan Harry Potter, novel-anak-anak yang terkenal, menyukai lagu-lagu cengeng/aneh, dan noracks, siapa lagi kalau bukan Bullet. Bullet bersama seorang laki-laki lain telah mengikuti kompetisi Matematika, tetapi kalah, yaitu orang yang mempunyai bekas luka di dahinya, tahi lalat cokelat, dengan rambut panjang dan berjambul, mempunyai pacar bernama Donnaalat pengetes masa subur, yaitu PD (Pacar Donna). Juga mempunyai hubungan dekat dengan Racuncumi, perempuan aneh, yang Mitchuki dan Rifuki menulisnya di angket sebagai perempuan tercantik. Ada seorang laki-laki lagi yang agak gemuk, berkaca mata, didekat-dekati oleh Pernil, dan sebenarnya cerdik, tetapi malasbegitu kata Rifuki, siapa lagi kalau bukan Gyvrane.

Memang saat ini Ani merasa lebih lega. Namun dia tetap ingin bebas dari peristiwa ini. Agak jauh di pojok, Ani melihat Pak Mawariman, yang termenung, sepertinya sangat terkejut dan tertekan karena peristiwa ini. Padahal Pak Mawariman adalah seorang guru Biologi, lebih dari ituAhli Biologi. Bullet menyebutnya Profesor Sprout, maklumBullet kan fanatik pada Harry Potter.

Ani langsung mendekati Pak Mawariman, lalu memberanikan diri untuk bertanya, Bapak kenapa?

Reaksi pertanyaan kecil itu ternyata berakibat besar pada Pak Mawariman. Pak Mawariman melotot, mukanya memerah, dan memandang Ani dengan sinisdengan pandangan menghina. Ani lalu berkata, Maaf, Pak. Permisi

              Ketika Ani baru membalikkan tubuhnya, Pak Mawariman memanggilnya, Ani, sini!

              Ani takut sekali. Lalu ia berputar lagi. Ada apa, Pak!? tanyanya.

              Kau gamer kan? Kau pasti pernah main Silent Hill, Silent Hill 2, Biohazard / Resident Evil 1, 2, 3, dan Code Veronica kan? Beritahu saya cara untuk melawan dan mengembalikan zombie-zombie itu dengan ilmu biokimia!

              Kalau mengembalikan sih tidak mungkin. Tetapi kalau melawan sih bisa-bisa saja, saya tidak tahu cara untuk melawannya dengan ilmu biokimia, saya hanya tahu untuk melawannya dengan handgun atau senjata lainnya.

              Handgun? Tetapi di sekolah ini tidak ada handgun. Dilarang membawa senjata api ke sekolah!

              Oh

              Andai saja handgun milik Pak Yamato tidak terjatuh di bordes itu

              Oh, jadi itu handgun milik Pak Yamato!?

              Kamu melihatnya?

              Ya, dan karena siapa tahu handgun itu diperlukan, maka saya mengambilnya, nih  

              Betulkah! Coba saya lihat, kata Pak Mawariman seraya menyambar handgun. Tapi ini tidak ada pelurunya

              Tenang, Pak! Saya mengambil sekotak handgun bullets di bordes itu juga!

              Apa!? Kalau begitu kita bisa melawan zombie-zombie itu. Ya, walaupun jumlah pelurunya berapa? Satu, dua, tiga dua puluh. Apakah jumlah itu kurang?

              Cukup, kok Pak! Toh kita punya pisau, tongkat penggebuk maling, dan pedang, benda-benda itu berguna sebagai pengganti handgun atau senjata lain, seperti pada Silent Hill. Dan kalau tidak salah, di dekat-dekat sini ada banyak tumbuhan liar, yang bisa digunakan untuk membuat herb, siapa tahu salah satu dari kita terluka, untuk menyembuhkannya dapat digunakan herb, seperti di Biohazard / Resident Evil. Bisa juga menggunakan kotak-kotak P3K, yang berisi medicine untuk tubuh yang terserang virus dan bandage untuk luka-luka kecil.

              Oh, lengkap sekali!

              Tetapi ingat, kita tidak boleh sampai tercekik lama-lama, karena kalau begitu kita bisa mati dan menjadi zombie. Juga, untuk menge-save kejadian ini, kita bisa menggunakan ink ribbon, yang bisa didapatkan dari berbagai tempat, lalu kita ketik dalam bentuk diary pada mesin tik di mana saja, dan biasanya di dekat setiap mesin tik ada inventory box, yang digunakan untuk menyimpan item-item yang tidak perlu, khawatir tas kita tidak muat, dan keistimewaan inventory box adalah sifatnya yang online dengan semua inventory box di mana pun kita berada. Jadi, walaupun item kita sudah ditinggal jauh sekali, kita bisa mengambilnya di inventory box terdekat.

              Oh, jadi virus Zombness itu hanya bisa menular lewat tubuh yang sudah tidak bernyawa, dan kita bisa merekam data!? Wah hebat! Dan yang membuat saya kagum adalah online inventory box itu!.

              Ya, begitulah (dasar noracks, cuma nge-save dan inventory box aja kagumnya bukan main).

              Wah, ini hebat sekali! Tetapi belum tentu kalau Pak Tar, Kepala Sekolah SMP, akan mengizinkan kita menjalankan rencana hebat itu. Baiklah, akan saya ajukan rencana dan persiapan itu pada Pak Tar! Terima kasih, Ani. Ini handgun dan bullets-nya. Dan satu lagi, jaga pikiranmu! Jangan sembarangan menghinaku!

              Sama-sama, Pak (Dari mana dia tahu kalau aku bilang dia noracks? Jangan-jangan dia bisa telepati)!

             Kemudian Ani menghampiri teman-temannya dan menceritakan rencana tadi. Namun sayang, rencananya diabaikan, paling-paling hanya dikomentari oleh si bawel Pernil, Alah! Paling juga nggak ditanggepin sama Pak Tar!

              Tega sekali dia, pikir Ani. Ani ingin sekali Pak Tar mengizinkannya, namun ah, mana mungkin.

              Sementara itu, Bullet sedang menyanyi lagu tema telenovela Amigos, Qüérézä pérsönä kémyä ügärä

              Kok semuanya pada tenang dan santai sih, Menghadapi masalah seserius ini, kata Ani kepada teman-temannya.

              Kita harus santai dan tenang kalau menghadapi masalah begini, wés! kata Pernil sambil tersenyum, mengangkat tangannya ke atas tinggi-tinggi (Hmph, bau! kata Bullet), lalu mengangguk-angguk, dan menggoyangkan badannya naik-turun (menari-nari), seperti orang gila. Lalu, beberapa meter dari situ, anak perempuan yang bernama Anindita Prameswari, tersenyum dan tertawa memperhatikan Pernil. Anindita adalah pengidola Ibu Putrisangat berlebihan (fanatik). Ibu Putri adalah guru PPL Bahasa Inggris yang berpisah dengan anak-anak 1G (sekarang 2G) sekitar setahun yang lalu. Ketika ulang tahun Mitchuki, Anindita adalah anak 2G yang pertama kali datang, dan selang beberapa waktu kemudian, Ibu Putri datang sehingga Anindita berteriak-teriak histeris dan menghampiri Ibu Putri dengan euphoria dan sangat bergairah. Nadhyllah, sepupu Mitchuki, menceritakan peristiwa itu kepada Mitchuki dengan nada bicara menghina dan merendahkan, Bang, itu temen Abang yang perempuan dateng paling pertama norak, deh! Soalnya pas guru yang muda itu dateng, dia langsung teriak-teriak histeris!

              Ani merasa bosan kalau tetap tinggal diam di sini. Tiba-tiba, Pak Tar muncul di ruang rahasia itu, entah ia berasal dari manadari Kantor Kepala Sekolah SMP mungkin? Berani sekali dia berjalan sendirian di sekolah yang mungkin sudah didatangi zombie-zombie, pikir Ani. Kemudian Pak Tar berdiri di ujung ruangan dan mulai berbicara dengan menggunakan mikrofon.

Perhatian anak-anak, semuanya duduk yang rapi menghadap saya! kata Pak Tar. Dan segera saja bunyi gaduh pun terdengar, yaitu bunyi para siswa yang segera duduk rapi.

Assalamualaikum Warohmatulhi Wabaroktuh. kata Pak Tar. 

Walaikumsalam Warahmatullhi Wabaraktuh, jawab para siswa-siswi serentak.

              Pertama-tama, kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas lindungan dan rahmat-Nya, kita bisa berkumpul di sini. Kedua, saya sangat prihatin atas kejadian yang terjadi sampai sekarang ini. Ini semua karena LAMBRETA, dan banyak sekali mayat hidup yang berkeliaran di luar, atau seperti yang kalian kenalzombie. Entah mengapa mayat itu bisa hidup, tetapi para guru menduga bahwa penyebabnya adalah virus Zombness yang terbawa angin dan jatuh di pemakaman, sehingga mayat-mayatnya hidup kembali, bukan berarti mayatnya sadar, tetapi tidak berperasaan. Zombness hanya bisa merasuki orang yang sudah tidak bernyawa. Oleh karenanya, saya minta kalian semua untuk berhati-hati terhadap zombie, karena mereka bisa mencekik lalu membunuh, dan orang yang terbunuh akan berubah menjadi zombie, seperti mereka-mereka itu. Dan sekarang saya minta kalian semua masuk ke kamar masing-masing, lalu setelah itu kita akan belajar seperti biasa. Akan saya umumkan:

Kelas 1A menempati kamar 1-5, kelas 1B menempati kamar 6-10, kelas 1C menempati kamar 11-15, kelas 1D menempati kamar 16-20, kelas 1E menempati kamar 21-25, kelas 1F menempati kamar 26-30,  kelas 2A menempati kamar 31-35, kelas 2B menempati kamar 36-40, kelas 2C menempati kamar 41-45, kelas 2D menempati kamar 46-50, kelas 2E menempati kamar 51-55, kelas 2F menempati kamar 56-60, kelas 3A menempati kamar 61-65, kelas 3B menempati kamar 66-70, kelas 3C menempati kamar 71-75, kelas 3D menempati kamar 76-80, kelas 3E menempati kamar 81-85, kelas 3F menempati kamar 86-90, kemudian kelas 1G dan 2G menempati kamar 91-95 (Yes! seru Celatan). Untuk para guru, kepala sekolahyaitu saya sendiri, staf administrasi (TU), pramubakti, dan  pekerja sekolah, yang laki-laki menempati kamar 96-100, sedangkan yang wanita menempati kamar 101-105. Cukup sekian, Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamualaikum Warohmatulhi Wabaroktuh.

Walaikumsalam Warahmatullhi Wabaraktuh, jawab para siswa-siswi serentak.

Seluruh siswa-siswi langsung berhamburan untuk segera memasuki kamar mereka masing-masing. Celatan merasa berdebar-debar karena bisa lebih dekat dengan DEVIL-na Jessica, yang jelek itu. Shuffyu, perempuan gendut yang seperti laki-laki sejati, dengan suara nge-bass bersorak, Chieeeeeeeeeeeeeee! Whooooooooooo!!!

Kalau si Jessica itu bernama DEVIL-na Jessica, mungkin saja dia termasuk salah satu dari zombie-zombie itu, kata Mitchuki.

Heeh! Enak aja! Setan! kata Celatan. Aku bingung, nih! Mana yang harus didahulukan!? Anak 1G apa 2G!? lanjutnya lagi dengan lagak sok penting, dan terlihat seperti orang yang sebenarnya bisa menyelesaikan masalah tetapi minta bantuan orang lain dengan maksud agar orang lain bisa mengetahui masalahnya (promosi, nampang, pamer, basa-basi). Kemudian semua anak laki-laki 1G memasuki kamar 91, sedangkan anak perempuan 1G memasuki kamar 92 dan sebagian kamar 93. Semua anak laki-laki 2G memasuki kamar 95, sedangkan anak perempuan 2G memasuki kamar 94 dan sebagian kamar 93.

Ani tercengang begitu melihat isi kamar. Kamarnya sangat luas, mungkin sekitar setengah dari aula di luar. Ada 10 kamar mandi dan masing-masing dilengkapi dua WC bersih. Langit-langitnya juga transparan dan tinggi. Tidak ada lampu satu pun di ruangan itu. Memang sekarang mereka tidak memerlukan penerangan, tetapi kalau hari sudah gelap mereka harus bagaimana? Mungkin saja malam-malam mereka hanya boleh tidur. Dan tiba-tiba benda-benda di sekeliling mereka bercahaya dengan sendirinya. Ternyata begitulah penerangan di malam hari. Ani segera memerintahkan dalam hati agar cahayanya padam, dan dalam sekejap semuanya padam. Ini adalah teknologi-perintah-hati yang sudah ditemukan seribu tahun yang lalu.

Setelah lima belas menit (jam 07.45) terdengar bunyi bel pintu kamar. Setelah Ani intip melalui lubang yang berkaca, ternyata Ibu Ohane yang membunyikan bel (dalam bahasa Jepang, hane berarti sayap, dan o adalah kata hormat, jadi Ohane berarti Sang Sayap). Lalu Ibu Ohane berkata, Ayo siap-siap! Bawa pianikanya!

              Ani kebingungan, Ah, masih belajar di situasi gawat semacam ini!?

              Iya, dong! Jadi tujuan kamu ke sekolah untuk apa!?

              Iya, deh

              Ya, sekarang, ayo kumpul di aula. Anak ceweknya udah ngumpul tuh.

              Ani segera menyambar pianikanya, begitu juga dengan anak laki-laki lain. Mereka keluar kamar dengan lambaaat sekali, karena mereka berjalan sambil ngobrol. Cuma Bullet dan Mitchuki yang jalannya cepat. Bullet berkata, Kok anak cowok pada lelet, sih!? Mitchuki menjawab, Ya, begitulah cowok, tetapi kita sebagai sesama cowok walau bagaimana pun harus solider.

              Ani memanggil PD, namun berkali-kali dipanggil juga tidak menjawab. Lalu Ani mengambil langkah terakhir, yaitu dengan memanggilnya PRÉT! dan ternyata berhasil. PD terkejut lalu menghadapkan mukanya pada Ani, kemudian mereka membicarakan sesuatu. Sepertinya pembicaraan yang sangat rahasia.

(Sekarang tokoh utamanya berganti orang, yaitu Bullet)

              Bullet sangat penasaran dengan pembicaraan mereka. Namun ketika menanyakannya, Bullet diabaikan. Kasihan sekali.

              Bullet dan yang lainnya sudah ngumpul di kumpulan anak-anak cewek 2G. Ibu Ohane mengeluarkan balok dari dalam tas kerjanya. Balok itu membesar, sisi ABEF-nya membuka dan keluarlah sebuah piano tua. Ibu Ohane mengambil kursi-kursian dari dalam tasnya lalu kursi itu juga membesar. Ibu Ohane segera duduk di atas kursi dan berkata, Kamu semua akor, ibu melodi-nyaBintang. Lalu Ibu Ohane melanjutkan lagi, Satu-dua-tiga-empat, yak!

              C (2 ketuk), G (2 ketuk), Am (2 ketuk), Em (2 ketuk), F (2 ketuk), C (2 ketuk), Dm (2 ketuk), G7 (2 ketuk), itulah akor-akor yang ditiup Bullet serta teman-teman lainnya.

              Akor! Oh bintang tetaplah akor! Pastikan cahayanya akor! Sinari langkahku, setiap saat! itulah yang dinyanyikan oleh Ibu Ohane berkali-kali sampai semua murid merasa bosan. Setelah 40 menit, Ibu Ohane berkata, Ya, cukup sekian, Assalamualaikum!

              Walaikumsalam Warahmatullhi Wabaraktuh! balas murid-murid.

              Anak-anak 2G langsung ngobrol-ngobrol dengan asyik sekali, hingga tak sadar bahwa Pak Mawariman sudah berada di dekat mereka.

              Assalamualaikum! kata Pak Mawariman dengan maksud memecah keributan.

              Walaikumsalam Warahmatullhi Wabaraktuh! balas murid-murid.

              Hari ini kita tidak membahas materi Biologi, tetapi meneliti virus Zombness, ya!? Ya, ada pertanyaan tentang materi-materi yang lalu? Kalau tidak ada mari kita mulai. Oke ini sangat parah sekali! Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Pak Alley Chudorria dengan menggunakan komputer yang dihubungkan dengan kamera pengintai, zombie-zombie itu semua sudah sangat banyak yang berkeliaran di sekolah ini, dan beberapa di antaranya sudah berada di koridor lantai tiga, tepatnya koridor kelas 3C, dan diperkirakan sebentar lagi akan memasuki Ruang Guru Lantai III-Perpustakaan Kecil!

              Apa sudah dikunci, Pak!? tanya Bullet.

              Sudah, tetapi kemungkinan besar mereka dapat mendobraknya, jawab Pak Mawariman.

              Tetapi ruang rahasia ini tidak akan ketahuan, kan? tanya Bullet lagi.

              Kita berdoa, semoga saja tidak jawab Pak Mawariman lagi.

              Hah!? Semoga!? kata anak-anak 2G ketakutan.

              Iya, dan sekarang saya minta kalian untuk membereskan zombie-zombie itu, itung-itung nilai praktek Biologi.

              HAAAAAAH!!!? teriak anak-anak 2G serentakketakutan. Itu kan tanggung jawab Pak Yamato, bukan kita! kata salah seorang dari mereka.

              Tidak apa-apa. Tak ada salahnya kan bila kita memberantas mereka dengan menggunakan alat-alat yang kita punya.

              Tapi, Pak! Saya jijik sama zombie, karena tubuh mereka bebercak-bercak merah dan hijau, berlendir, dan penuh dengan darah!

              Itulah risiko kalian! Karena itu lawanlah mereka dengan peralatan dan perlengkapan yang akan saya berikan pada kalian, yaitu handgun, handgun bullets, pisau, tongkat penggebuk maling, pedang, parang, kotak P3K lengkap dengan herb, bandage, dan medicine. Nah, masing-masing maju ke depan untuk mengambil masing-masing satu, sudah saya gandakan.

              Setelah semua siswa mendapatkan equipment dan tools yang diperlukan, Pak Mawariman berkata, Ingat, waktu kalian hanya 40 menit dari sekarang, dan yang paling penting, jangan berkelompok, kalian harus berpencar, jadi sendiri-sendiri!

              Yaaah, Bapak! Kelompok dong, Pak! KS, Pak, delapan-delapan! Gila aja kalau sendiri! kata Shuffyu.

              Yaah, maksimal satu orang, deh!

              Ya udah deh, Pak! kata Bullet, membuat teman-temannya kesal, karena delapan-delapan lebih baik daripada satu-satu.

Dan fasilitas yang paling seru adalah dibunyikannya tape-tape lagu horor (bunyi mesin-mesin berat, suara-suara orang menangis, dan suara-suara monster) di setiap koridor untuk menambah ketegangan, citraan suasana yang seru dan seram, dan denyut jantung kalian!

              Bapak kok seneng banget sih, nakut-nakutin kita! kata Shuffyu.

              Tujuannya adalah untuk membangun fisik dan mental kalian semua agar menjadi seseorang yang kuat dan pemberani!

              Oh gitu!? kata Shuffyu.

              Nggak! jawab Pak Mawariman.

              Maka misi pun dimulai. Mereka semua langsung masuk ke pintu 106. Rak buku mulai bergeser. Bullet mendengar suara di Ruang Guru Lantai III-Perpustakaan Kecilseperti suara-suara zombie. Mendadak Bullet melihat makhluk mengerikansosoknya seperti manusia, badannya dipenuhi lendir hijau dan bercak darah, dan mengenakan jas laboratorium. Bullet sepertinya mengenali wajah zombie itudia Malani, anak kelas 2A. Ketika Celatan bersiap untuk menembaknya (dengan senjata api), Bullet berseru, JANGAAAN!!!

              Kenapa? Kamu suka, ya? Tetapi tak ada gunanya, dia sudah mati. Kita tembak saja (dengan handgun), ya? kata Celatan.

              Tetapi aku ingin dia tidak ditembak (dengan handgun) balas Bullet.

              Sudahlah! kata Celatan membujuk Bullet, dan tak lama kemudian, terdengar bunyi DOR yang keras. Celatan sudah menembak zombie Malani itu (bukan dengan handgun!).

              AAAH!!! TIDAAAAAAK!!! teriak Bullet, matanya dibasahi air mata. Lalu ia mendekati zombie yang sudah terbaring itu. Wajah zombie Malani sangat mengerikanberlubang besar. Ternyata Celatan menembaknya di bagian wajah dengan menggunakan Bazooka. Entah dari mana dia mendapatkan Bazooka itu, padahal Pak Mawariman tidak membagikannya. Lalu PD bertanya, Dari mana dapatnya?

              Ah, mau tauuu aja! balas Celatan. Gue pake cheat, jadi pelurunya infinite!

              Kok kalian semua pada ngobrol, sih! Ayo dong, bantuin gue! kata Bullet sambil membawa Malani ke tepi Perpustakaan Kecil. Aku tak mau ikut lagi! Aku akan tetap di sini bersamanya!

              Ya sudah! Apa kamu mau dibunuh zombie!? Bodoh sekali kamu, itu bisa merusak nama baik sekolah, lo! kata Celatan sok tua.

              Biarkan saja! bantah Bullet.

              Kemudian Celatan yang celamitan itu langsung pergi meninggalkan ruangan. Begitu juga semua anak 2G. Celatan berpatroli di koridor 3C. PD berpatroli di koridor utama lantai tiga. Mitchuki berpatroli di koridor 1G-2G. Rifuki berpatroli di koridor WC lantai tiga. Gyvrane berpatroli di koridor utama lantai dua. Pernil berpatroli di Koridor Kumuh lantai dua. Ani berpatroli di koridor Ruang Guru Lantai II. Anindita berpatroli di koridor 3A-3B. Eca berpatroli di koridor 1F-WC lantai dua. Racuncumi berpatroli di koridor kantin (lantai satu). Rizky berpatroli di kantin barat Café 2. Shuffyu berpatroli di kantin timur. Iis berpatroli di koridor 1A-1B. Indah berpatroli di koridor 1C-1E. Nagini berpatroli di koridor Kantor Kepala Sekolah SMP. Glenda berpatroli di Masjid Baitul Ilmi. Mutiara berpatroli di tempat wudhu wanita. Tyas berpatroli di tempat wudhu pria. Anesia berpatroli di Lapangan SMP. Erita berpatroli di pertemuan gedung-gedung. Cempaka berpatroli di belakang kantin timur. Cininta berpatroli di koridor antara pertemuan gedung dengan kelas 1E-tangga timur laut.

              Sementara itu, Bullet sedang menangis tersedu-sedu. Mendadak Bullet menyadari bahwa tubuh Malani bergerak-gerak. Bullet merasakan perasaan yang aneh, antara takut dan senang. Kemudian zombie Malani duduk dan bersiap untuk mencengkeram leher Bullet. Segera saja Bullet menyingkir dan berteriak, Tolong! Tolong!

              Namun Malani mendekati Bullet dan mencekiknya. Malani menusuk leher Bullet dengan menggunakan kukunya. Tanpa berpikir panjang, Bullet bersiap untuk mengambil handgun-nya tetapi gagal. Handgun-nya jatuh di lantai. Bullet langsung mendorong Malani ke depan, mengambil handgun, dan menembaknya dengan DOR yang pelan. Tidak mempan! Bullet menembaknya lagi tiga kali, dan Malani pun jatuh. Bullet mendadak merasa ketakutan, karena ruangan itu tiba-tiba dipenuhi kabut yang tipis, dan menjadi gelap. Entah dari mana kabut itu, Bullet segera keluar. Dilihatnya Celatan sedang asyik menembaki zombie-zombie yang datang berbondong-bondong. Namun Celatan kewalahan, karena zombie-zombie itu datang tak ada habis-habisnya. Begitu juga dengan teman-teman yang lain. Kabut tipis itu sudah berada di seluruh tempat di sekolah. Celatan kelelahan, mengantuk, lalu jatuh terbaring. Sepertinya kabut itu membuatnya mengantuk. Bullet pergi ke tempat-tempat lain di SMP ini, semuanya tertiduratau pingsan? Bullet juga mengantuk dan tertidur.

              Ketika bangun, Bullet melihat sekelilingnya sudah sangat gelap, seperti malam. Untung saja dia membawa lampu senter, korek api, dan lilin. Dia menggunakan senter dulu untuk menerangi pandangannya. Teman-temannya masih tidur. Dia segera berlari ke arah kabut-kabut berasal, karena arah aliran kabut itu terlihat jelas sekali. Bullet langsung saja menaiki tangga timur laut, dan mengambil handgun bullets di bordes antara lantai satu dengan lantai dua. Ia terus menaiki tangga hingga lantai tiga. Pintu Teater Kecil terbuka. Bullet pun masuk. Di tengah-tengah ruangan, ia melihat seorang laki-laki, mengenakan jubah berwarna putih, lalu melihat Bullet.

              Siapa kau!? tanya orang itu.

              Aku Bullet, dan kau siapa!? kata Bullet.

              Aku adalah penentang penelitian yang dilakukan oleh LAMBRETA.

              Dan namamu siapa!?

              Namaku? Aku Zorudemort.

              Wah! Namanya ngopi dari Harry Potter!

              Oh, kamu juga suka baca Harry Potter, ya?

              Iya, bagus, sih!

              LOL. ASL pleaze.

              13 M JKT.

              Aku 18 M JKT. Punya GF nggak?

              Pernah suka sama orang, tapi udah mati dan jadi zombie.

              Oooh. Punya kakak perempuan, nggak?

              Nggak.

              Kasih tahu e-mail kamu!

              e-mail-ku adalah ponaklabs@bolehmail.com dan hary_potter@doramail.com. Mau tahu password-nya? Yang pertama lumos dan yang kedua expelliarmus.

              Oh, iya. Sudah, ya! GTG nih! Bye!

              Bye!

             Zorudemort langsung ber-disapparate. Wah, seperti dalam Harry Potter saja, kata Bullet dalam hati. Namun ah, bodoh sekali membiarkan dia ber-disapparate. Padahal dia bisa menjadi petunjuk cara mengalahkan sumber zombie-zombie dan Bullet masih bertanya-tanya tentang maksud dari kabut itu.

              Untunglah Zorudemort ber-apparate lagi. Lalu dia bertanya, Oh, ya! Apa yang mau kau tanyakan?

              Bagaimana mengalahkan zombie-zombie itu?

              Mudah! Ini walk-through-nya, buat kamu!

              Oh, makasih! Dan apa maksudnya kabut ini!?

              Oh, ini hanya sebagai pen-support suasana seram, dan mereka semua masih tertidur supaya kamu dapat menjadi jagoan utama dalam cerita ini. Seru, kan?

              Oh, begitu. Makasih, ya! Bye!

              Zorudemort langsung ber-disapparate lagi. Bullet pun mendengarkan walk-through yang bisa berbicara itu.

Pergi ke ruang bawah tanah SMPtahu kan, caranya? Lalu setelah menempuh terowongan, kamu akan menemukan tempat yang seperti alam bebas, kan? Di sana ada Ryacka dan Cray-yang-membatu. Hampiri Ryacka maka dia akan memberimu Supersoft, yang dapat digunakan untuk mengembalikan Cray seperti semula. Berikan Cray Supersoft, maka petrification-nya akan hilang dan sebagai ungkapan terima kasih, dia akan memberitahu letak Mesin Waktu. Pergi ke tempat Mesin Waktu berada, dan atur tempat dan waktu yang akan kamu kunjungi, yaitu jam 08.00, tanggal 31 Desember 2065, dan tempatnya di Teater Kecil. Mesin Waktu akan membawamu dan kamu akan melihat Raja Zombie. Lawan dia dengan menembakkan dua puluh butir handgun bullets pada badannya, tetapi kalau kamu tembak pada mulutnya, maka handgun bullets yang diperlukan hanya lima butir. Setelah dia mati, semua zombie di muka bumi ini akan lenyap. Kembalilah ke masamu, dan kamu akan mendapati bahwa semua zombie memang benar-benar sudah lenyap. Bangunkan teman-temanmu lalu kembalilah ke ruang rahasia, dan Pelajaran Fisika akan dimulai. Kemudian lakukanlah apa yang seharusnya kamu lakukan, kata walk-through itu.

Bullet segera berlari ke Ruang Guru Lantai II, dan mengambil tongkat penggebuk maling-nya dan menghantamkannya pada lantai keramik sehingga lantainya pecah. Tampak ada lubang setelah lantai pecah, dan jalan menuju terowongan horizontal pun muncul. Bullet segera memasukinya, menempuh terowongan panjang dan akhirnya tiba di padang rumput. Ia melihat Ryacka di situ.

Hai, Ryacka! sapa Bullet. Masih ingat aku?

Tentu saja! balas Ryacka. Oh, ini, aku ingin memberimu hadiah Supersoft karena kau bersedia mengunjungiku, terimalah!

Oh, baik, terima kasih! kata Bullet sambil berlari menuju patung Cray yang terlihat di sebelah sana. Bullet melemparkan Supersoft ke tubuhnya, lalu cahaya-cahaya yang mengkilap keluar dari Supersoft. Cray mendadak kembali seperti semula dan berkata, Oh, terima kasih! Sebagai rasa terima kasih, aku akan memberi tahu letak mesin waktu yang hilang beberapa bulan yang laluada di tepi danau itu, tepatnya di sebelah dedalu itu. Gali kira-kira dua meter Tetapi hati-hati, karena dedalu itu bisa menghajarmu sampai pingsan.

Bullet segera berlari sampai tiba di bawah dedalu. Ia mengambil parangnya, lalu menggali sampai lumayan dalam. Tiba-tiba keluarlah Mesin Waktu dari situ. Bullet segera menaikinya.

Silakan atur waktu yang akan Anda kunjungi, kata komputer Mesin Waktu.

Jam 08.00, 31 Desember, 2065, kata Bullet, heran karena Mesin itu tidak menjawab apa-apa.

Ketiklah di komputer, kata Mesin Waktu itu.

Oh iya, ya! kata Bullet, merasa bodoh. Lalu mengetik apa yang diucapkannya tadi.

Silakan tunggu. Ketikan anda sedang diproses. Silakan sebut tempat yang akan anda kunjungi, kata komputer Mesin Waktu.

Tanpa berpikir panjang Bullet segera mengetik Teater Kecil di komputer. Tetapi tak terjadi apa-apa.

Tadi sudah dikatakan bahwa Anda dipersilakan menyebut tempat yang akan Anda kunjungi, kata komputer itu lagi.

.Oh iya, ya! kata Bullet merasa bodoh, lalu menyebut apa yang diketiknya tadi. Tiba-tiba Mesin Waktu itu bergerak dan menghilang. Tiba-tiba saja Bullet sudah berada di Teater Kecil. Dindingnya sudah dipenuhi lumut dan tumbuhan-tumbuhan liar. Lantainya sudah sangat kotor. Ia melihat makhluk aneh di tengah-tengah ruangan, badannya besar, matanya liar, tubuhnya berlendir hijau dan bebercak darah. Ini pasti Raja Zombie, pikir Bullet. Tiba-tiba Raja Zombie membuka mulutnya. Secepat kilat Bullet mengambil handgun-nya dan menembak Raja Zombiebaru sekali. Raja Zombie meraung kesakitan. Saat meraung, Bullet menembak Raja Zombie dua kali.

Kejam sekali kau! kata Raja Zombie dengan suara berfrekuensi rendah dan bergaung. Akan kulenyapkan kau! Sepertinya Raja Zombie bertambah kuat, Sambaran- Petir-Demi-nya melukai Bullet. HP Bullet yang tadinya 6017 berkurang menjadi 3009. Raja Zombie menggunakan Sambaran-Petir-Demi lagi. HP Bullet berkurang lagi menjadi 1505. Ketika Raja Zombie membuka mulutnya, Bullet hanya sempat menembak mulutnya sekali saja. Kemudian Raja Zombie mengeluarkan Sambaran-Petir-SUGDW-High-Voltation. HP Bullet berkurang menjadi 1. Raja Zombie sekarang sudah bersiap untuk menggunakan Sambaran-Petir-SUGDW-High-Voltation-nya lagi. Serangannya itu hampir saja mengenai Bullet. Segera Bullet menggunakan herb. Dan terakhir, Bullet menembak ke mulut Raja Zombie, dan tepat saat itu Raja Zombie membuka mulutnya, dan peluru masuk ke dalam mulutnya.

Tiba-tiba saja tubuh Raja Zombie meleleh, lalu hancur. Bullet segera berlari ke Mesin Waktu dan pulang ke tempat asalnya. Ia segera mencari dan membangunkan semua teman-temannya. Sebagian anak bertanya-tanya, Eh, ada apaan, sih?

Nggak ada apa-apa, kok

Bohong, ayo dong! Kasih tahu!

Iya, entar gue ceritain.

Semua anak-anak 2G segera kembali ke ruang rahasia. Mereka segera menghampiri Pak Mawariman yang sedang termenung di dekat pintu keluar aula.

Pak, semuanya sudah beres, lo! kata Bullet.

Wah, kamu semua hebat! Dengan begini, saya bisa mendapat penghargaan dari eh, tidak, tidak, ya sudah, sekarang sudah jam 09.15. Ayo lanjutkan ke pelajaran Fisika, anak-anak...

Mitchuki merasa bingung, lalu berkata pada Rifuki, Pak Mawariman sangat mencurigakan, aku yakin dia ingin mendapatkan penghargaan dari Pak Tar. Rifuki langsung berkata, Tidak baik berprasangka buruk, Mitchuki.

Mereka segera pergi ke tengah-tengah aula. Tiba-tiba Pak Tar datang dan berkata, Saya akan pergi menemui Pak Mawariman dulu, ya! Kamu untuk sementara ini belajar sendiri saja. Hal ini membuat murid-murid bersorak, YES!!!

Setelah 45 menit, mereka kembali ke kamar masing-masing. Tampak beberapa pedagang kantin sudah bersiap-siap memasak dan berdagang di pojok ruangan. Beberapa anak segera melesat untuk membeli mie goreng, mie rebus, siomay, Smax, Cheetos, dan lain-lain. Bullet dan Celatan juga ingin jajan.

Mitchuki lain sendiri. Dia ingin meneliti reaksi Pak Tar terhadap aksi Pak Mawariman. Tetapi bagaimana caranya? Ternyata dia ikut masuk ke kamar di mana Pak Mawariman beradatidak ketahuan, karena luas kamarnya setengah kali aula ruang rahasia. Mitchuki bersembunyi di balik tumpukan kardus dan mendengar suara Pak Tar sedang berbicara kepada Pak Mawariman, Anda ini bagaimana!? Memerintahkan siswa untuk membasmi zombie bukanlah tindakan yang bijaksana! Hal itu dapat merusak perkembangan mental para siswa, terutama yang takut dan sama sekali tak pernah menduga akan ada hal seperti itu! Kali ini, kau akan kumaafkan, tetapi kali lain tak akan kumaafkan!

Baik, Pak. Terima kasih kata Pak Mawariman.

Dalam hati, Mitchuki merasa yakin bahwa Pak Mawariman bergumam, Ah, setiap insan harus saling memaafkan, apalagi ketika Idul Fitri. Untunglah Mitchuki berhasil keluar dengan selamat (tanpa ketahuan) dari kamar itu. Ia menceritakan hal-hal yang dialaminya kepada teman-temannya. Tidak ada reaksi yang hebat setelah Mitchuki menceritakan hal itu.

Sekarang tibalah saat jam pelajaran Olah Raga. Sebelumnya, mereka sudah berganti pakaian di kamar masing-masing. Mereka hanya melakukan stratching lalu selesailah jam pelajaran olahraga. Setelah waktu yang lama, pelajaran Geografi oleh Pak Kasdi dimulai. Pak Kasdi tidak memperdalam materi, tetapi hanya bercerita tentang zombie kepada siswa-siswi. Karena dua jam pelajaran digabung, maka istirahat-keduanya belakangan. Mereka segera salat (tidak di masjid, karena lingkungan sekolah masih dipenuhi lendir-lendir zombie). Mereka salat sendiri-sendiri di kamar masing-masing.

Kini jam pelajaran Matematika dimulai. Pak Amier menjelaskan tentang volume bola dan bangun ruang lainnya sampai jam menunjukkan pukul 15.30. Mereka segera berdoadipimpin Pernil si ketua kelas. Lalu Ani bertanya kepada Rifuki, Ryakka no Heya wa Rippa da artinya apa sih?

Itu artinya, Ruangan Ryacka hebat, jawab Rifuki.

Ooh iya, kata Ani.

Tadi kamu ngobrolin rahasia apa sama PD? tanya Bullet kepada Ani.

Hm itu tentang Pak Mawariman. Aku denger-denger dari anak-anak, katanya Pak Mawariman adalah salah satu orang yang ikut meneliti dan menyebarluaskan virus Zombness bersama LAMBRETA. Pak Tar tahu akan hal itu, tetapi guru-guru tidak ada satu pun yang tahu. Pak Mawariman menjalankan rencana penumpasan zombie agar tidak dicurigai sebagai pelaku penelitian LAMBRETA. Lalu Pak Tar mengizinkan Pak Mawariman menjalankan rencana itu agar mendapat alasan untuk memecat Pak Mawariman itu. Dan sebentar lagi, Pak Mawariman tidak akan mengajar kita lagi kata Ani.

Jadi guru Biologi kita bukan dia lagi? Padahal aku kalau sama dia kan nilainya selalu tertinggi kata Bullet kecewa.

Kamu tidak boleh egois begitu. Dia kan guru yang suka membanggakan diri dan merendahkan guru lain, contohnya dengan ucapan: Sayang saya tidak mengajar kamu waktu kelas satu, jadi cara belajar kamu tidak seoptimal siswa-siswi yang pernah saya ajar, kata Mitchuki.

Semua warga sekolah (siapa pun) segera pulang ke rumah masing-masing. Esoknya, siswa-siswi tidak lari pagi dan tidak belajar, tetapi membersihkan sisa lendir-lendir zombie yang berceceran di mana-mana. Pak Mawariman tak tampak. Ia sudah meninggalkan sekolah. Kegiatan ekskul dan keputrian juga ditiadakan, tetapi salat Jumat walau bagaimana pun harus tetap dilaksanakan. Sepertinya sekolah lesu sekali setelah berlangsungnya kejadian hebat kemarin. Siswa-siswi 2A tengah berduka-cita atas wafatnya Malani. Jasadnya dimakamkan dengan anti-Zombness, temuan baru Pak Mawariman sebagai pengabdian terakhirnya pada SMP Labschool tercinta.

 

Tamat


Enter supporting content here