CERITA-CERITA MENARIK KARANGAN CHUUI
Awal
Kabar
Tentang CHUUI
Cerita 1
Cerita 2
Cerita 3
Cerita 4
Cerita 5
Cerita 6
Cerita 7
Cerita 8
Cerita 9
Cerita 10
Cerita 11
Cerita 12
Cerita 13
Cerita 14
Cerita 15
Cerita 16
Cerita 18
Cerita Belum Selesai #1
Cerita Belum Selesai #2
Cerita Belum Selesai #3
Cerita Belum Selesai #4
Cerita Belum Selesai #5
Cerita Belum Selesai #6
Cerita Belum Selesai #7
ALL ABOUT IRFIN ~ Pilar

Cerita Kelima Belas

Daftar Isi / Kandungan / Table of Contents:

A.     Bermain bersama Irfin

B.     Menunjuk Irfin sebagai Ketua Kelompok

C.     Menyuruh-nyuruh Irfin dengan Semena-mena

D.     Tipuan yang Berhasil#1

E.      Tantangan Mempertaruhkan Harga Diri ~ Games Outdoor

F.      Menunjuk Irfin sebagai Penunjuk Jalan

G.     Di Bawah Guyuran Hujan bersama Irfin ~ Seluncur-seluncuran

H.     Bath ~ The Raised-Towel Boy Irfin

I.        Malam Pertama ~ A Sudden Hug

J.       Malam Pertama ~ Just the Two of Us

K.    Presentasi ~ SUGDW Irfins Performance

L.      Tipuan yang Berhasil#2

M.   Pasrah dalam Perjuangan Keras ~ Tafakur Alam

N.    Melanjutkan Perjuangan

  1. Akhir Perjuangan ~ Irfin yang Mendapatkan Kepercayaan Dirinya Lagi
  2. Malam Terakhir ~ Telephone Terror (Tipuan yang Berhasil#3)
  3. Malam Terakhir ~ Rahasia Umum Irfin
  4. Malam Terakhir ~ Tidur bersama Irfin
  5. Hari Kepulangan ~ Mysterious Underwear
  6. Hari Kepulangan ~ Mengangkat Handbag dengan Susah Payah
  7. Tak Terlihat Lagi

 

Bermain bersama Irfin

Selesai menurunkan barang-barang dan menggelar karpet, Irang, Bisma, dan Micky bermain jempol-jempolan. Entah karena kesepian atau apa, Irfin bergabung dengan mereka. Hasilnya? Selalu menang!!! Irang pun kesal.

 

Menunjuk Irfin sebagai Ketua Kelompok

Irang, Bisma, Micky, dan Irfin telah bergabung dengan kelompok mereka. Karena tak mau repot-repot, kelompok menunjuk Irfin sebagai ketua kelompok, padahal Irfin kan. Kelompok 6 memang kejam.

 

Menyuruh-nyuruh Irfin dengan Semena-mena

Ketua kelompok yang baik harus bisa mengatur kepentingan kelompoknya. Oleh karena itu, anggota kelompok 6 memerintah-merintahkan Irfin untuk mencari kunci kamar. Irfin mencari kunci dengan kebingungan. Kasihan memang, tapi biarlah! Ada baiknya sekali-kali melatihnya untuk mengatasi kebingungan. Dengan cara berjalannya yang khas, ia bergerak maju di atas hamparan rumput untuk mencari kunci kamar. Akhirnya, kunci kamar pun ditemukan. Setelah kuncinya ketemu, ia malah menjelajah berkeliling kompleks rumah-rumah dengan walkstyle-nya yang memukau, sementara Irang, Bisma, dan Micky beristirahat di lantai 2 (anggota lainnya di lantai bawah).

 

Tipuan yang Berhasil#1

Telepon berdering. Dengan panik Irfin mengangkat gagang telepon.

Halo?

Iya, halo jawab Irfin dengan nada sedikit menggoda.

Bisa bicara dengan Irang sebentar?

Uh-oh iya, dari siapa ini?

Dari keluarganya

Oh Kemudian Irfin memanggil, Ira~~~ng! Telepon! Dari keluarga elo!

Irang keluar dengan ekspresi sedikit bingung. Keluarga? Dari mana keluarga tau nomer telepon hotel? Kemudian Irang mengangkat gagang telepon dan berbicara agak lama. Setelah meletakkan gagang telepon, Irang menasihati

Ah, gimana sih lo! Itu kan dari Ari! Payah lo, mana mungkin sih keluarga nelepon ke hotel? Lo mikir dong!

Dibegitukan, Irfin terdiam. Sepertinya tertekan, tapi biarlah! Ada baiknya juga membiarkan dia merasakan bagaimana rasanya dibegitukan orang lain.

 

Tantangan Mempertaruhkan Harga Diri ~ Games Outdoor

Saatnya games outdoor!!! Tapi event itu dirusak oleh Irfin yang mengaku baju olahraganya dicuri (padahal sebenarnya ketinggalan). Oleh karena itu, Irang, Bisma, dan Micky meninggalkannya sendirian di rumah. Mereka pun sampai di kumpulan santri ikhwan lainnya. Sudah lama sekali waktu berjalan, namun Irfin tak kunjung muncul. Micky menanyakan Bisma/Irang apa yang sedang dilakukan Irfin. Bisma/Irang pun menjawab bahwa Irfin sedangkan membongkarmengobrak-abrikkoper Micky. Mendengar hal itu, Micky kaget sekaligus kesal.

Akhirnya setelah gerimis turun, Irfin muncul, berlari dengan gelisah dan panik. Ia mengenakan baju olahraga dan training sekolah, dan seperti biasa celananya dinaikkan sampai ke dada.

Baju olahraga siapa? tanya Micky sedikit khawatir kalau-kalau yang dikatakan Bisma/Irang tadi memang benar.

Baju olahraga kamu jawab Irfin polos, dengan nada menggoda juga.

APAAAAA!!?? Ternyata benar ia mengobrak-abrik koper Micky! Seenaknya saja dia mengenakan baju orang lain. Micky pun sedih mengetahui bajunya dikenakan tanpa izin oleh orang seperti Irfin.

Games outdoor pun segera dimulai. Tapi sebelum dimulai, setiap kelompok harus membuat dan memperagakan yel-yel terlebih dahulu. Salah satu anggota kelompok 6 ada yang mengusulkan, Anggota kelompok harus mengikuti style ketuanya!

Maka terpaksa setiap anggota kelompok 6 menaikkan celana mereka setinggi-tingginya, mengikuti style Irfin. Sungguh memalukan, apalagi style itu ditonton oleh ikhwan seangkatan. Masalahnya hal ini menyangkut harga diri!

Kemudian Irfin dipaksa oleh anggotanya untuk membuat yel-yel yang islami secepatnya. Irfin mengeluh dan seperti biasa, menggoda agar bukan dia yang membuat yel-yel. Namun ia gagal. Akhirnya setelah beberapa saat, jadilah yel-yel yang sungguh membuat malu. Nadanya sama dengan shalatullah, shala~mullah.

 

Kami tim Yusuf Qardhawi

Datang ke sini, ikut PILLAR*

Kami pasti, jadi santri

Yang beriman dan berbudi**

* Sebenarnya PILAR, bukan PILLAR, tetapi Irfin mengucapkannya double-L.

** Sebenarnya bertakwa, bukan berbudi, tetapi menurut Micky bunyi itu kurang enak didengar sehingga ia mengubahnya tanpa izin dari penciptanya.

 

Nah, tiba saatnya untuk memperagakan yel-yel. Kelompok 6 tidak tahu gerakan apa yang harus mereka peragakan. Akhirnya karena tak mau pusing-pusing dan tak mau repot, mereka sepakat untuk mengikuti gerak-gerik Irfin walau sekecil apa pun.

Akhirnya dengan celana terangkat sampai dada dan gaya tangan kanan diayun ke kanan & tangan kiri diayun ke kiri sementara badan ikut bergoyang lentur mengikuti arah tangan yang diayun, kelompok 6 memperagakan yel-yelnya. Hiks hiks

HARGA DIRI (misal) 1374 à 0

 

Menunjuk Irfin sebagai Penunjuk Jalan

Games outdoor pun dimulai. Game yang paling seru adalah game pertama, yaitu Merebut Balon. Aturan: setiap kelompok membentuk 1 banjar di mana kontak (tangan, baju) antaranggota tidak boleh terputus. Mengetahui aturannya seperti itu, kelompok 6 menunjuk Irfin sebagai orang yang paling depan. Kejam, memang, tapi biarlah! Ada baiknya sekali-kali membiarkan dia merasakan dibegitukan oleh kelompok. Nantinya, mata Irfin ditutup dengan kain, dan anggotanya menunjukkan jalan menuju arah balon. Hanya Irfin yang boleh mengambil balon, untuk selanjutnya disimpan oleh anggotanya.

Permainan berlangsung seru. Dan setelah tiga macam games dilewati, seakan tahu saat yang tepat, hujan turun dengan derasnya. Semua orang pulang ke rumah masing-masing.

 

Di Bawah Guyuran Hujan bersama Irfin ~ Seluncur-seluncuran

Sesampainya di rumah, Irang, Bisma, Micky, dan Irfin bermaksud untuk berteduh di dalam kamar, namun setelah melihat derasnya hujan dan balkon yang sedikit tergenang, mereka tergoda untuk bermain di balkon. Mereka mengeluarkan kerisauan dengan main seluncur-seluncuran di balkon.

Wajah Irfin tampak bahagia ketika main seluncur-seluncuran. Mungkin ia sudah menerima terlalu banyak perlakuan yang tidak berkenan di hatinya, dan juga sudah lama tertekan. Dengan main seluncur-seluncuran ini, ia menghilangkan sedikit perasaan yang tidak enak dalam hatinya, dan hasilnya ia menjadi lega.

 

Bath ~ The Raised-Towel Boy Irfin

Setelah main seluncur-seluncuran, Irang, Bisma, Micky, dan Irfin mandi bergiliran. Tadinya Micky ingin mandi paling duluan, namun Irfin menggoda. Karena tak mau pusing mendengar rayuan dan godaan Irfin yang menjijikkan, Micky mengalah.

Sisa dari mereka adalah Irang, Bisma, dan Micky, yang menunggu Irfin mandi. Tak terasa, Irfin telah selesai mandi. Pintu kamar mandi terbuka, dan Micky melihat sosok agak-gemuk Irfin, yang mengenakan handuk sampai menutupi dadanya, sementara pahanya terbuka, sengaja dipamerkan. Mengetahui hal ini, Micky memberi tahu Irang dan Bisma. Reaksi mereka adalah tertawa sekeras-kerasnya.

Aduh, handuknya turunin, Fin! kata Irang, masih sedikit tertawa.

Namun lucunya, Irfin keras kepala, membantah dengan nada sedikit menggoda.

Nggak mau ah! Begini lebih bagus!

Irfin nggak tau diri!!!

 

Malam Pertama ~ A Sudden Hug

Sebelumnya, Irang, Bisma, dan Micky sudah punya rencana yang bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Ada empat ruangan di lantai 2 yaitu ruangan #1: kamar dengan 1 tempat tidur besar; ruangan #2: kamar dengan 2 tempat tidur kecil dan 2 kasur lantai; ruangan #3: ruang rekreasi (bersofa); dan ruangan #4: kamar mandi. Rencana mereka adalah:

Micky & Bisma    à ruangan #2

Irang                              à ruangan #2 (kasur lantai) ATAU ruangan #3 ATAU balkon

Irfin                      à ruangan #1 (sendirian, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak

                                                     diinginkan) ATAU ruangan #4 (kalau mau)

Sayangnya, rencana mereka dirusak oleh Irfin!!! Karena malamnya Irfin datang ke ruangan #2 untuk memelas, saat rencana sudah berjalan rapi.

Eh, aku boleh tidur di sini ya? rayu Irfin memelas.

Kenapa? tanya Irang penasaran.

Takut lemarinya ngebuka sendiri Nada Irfin semakin manja.

Karena kasihan, dengan gegabah (tidak mempertimbangkan keamanan dan keselamatan mereka), Irang memperbolehkan.

Ya udah kata Irang memutuskan seenaknya.

Irfin pun tidur di sebelah Irang, di kasur lantai. Micky dan Irfin tertidur, sedangkan Bisma dan Irang masih belum tidur. Tak lama kemudian, kejadian yang tak diinginkan ternyata benar-benar terjadi. Mendadak Irfin yang sedang tidur berguling ke arah Irang, kemudian memeluknya erat-erat dengan mesra (Iiih, serem!!!). Irang kaget, dan dengan panik berusaha melepaskan diri dari pelukan Irfin. Setelah berhasil lolos, Irang mengajak Bisma keluar dari ruangan #2, untuk bersama-sama melarikan diri dari situ. Akhirnya Irang dan Bisma tidur di ruangan #3 bersama-sama.

 

Malam Pertama ~ Just the Two of Us

Sisa orang yang berada di ruangan #2 hanyalah Micky dan Irfin. Mereka terus berdua di kamar itu semalaman. Tetapi untunglah tak terjadi hal yang tidak diinginkan, lagipula jarak mereka cukup jauh kok!

 

Presentasi ~ SUGDW (Super Ultra Great Delicious Wonderful) Irfins Performance
      Pagi-pagi setelah salat Subuh merupakan waktu untuk presentasi mengenai tokoh-tokoh yang namanya dijadikan nama kelompok-kelompok. Setelah kelompok 6 (Yusuf Qardhawi) selesai berpresentasi, beberapa lama kemudian tampillah kelompok yang mempresentasikan Malcolm X. Mereka memberikan keterangan bahwa Malcolm X memberitahukan aib saudaranya kepada orang lain, demi kebaikan tentunya.

Namun Irfin berpendapat lain. Ia menganggap Memberitahukan aib saudara sendiri yang sesama muslim kepada orang lain adalah dosa. Oleh karena itu, Irfin pun memulai  performance-nya. Ia mengangkat tangandan diterima! Ia mulai berdiri dengan yakin dan penuh percaya diri, kemudian memulai debatnya.

Tadi KAMU bilang kalo Malcolm X itu nyebarin aib saudaranya ke orang lain kan? tanya Irfin dengan nada disgusting-nya yang biasa. Reaksi KAMU yang diucapkan Irfin mulai tampak.

Iya? balas presentator.

Menurut Islam menyebarkan aib saudara sendiri itu kan dosa! Bisa tolong jelasin nggak~, gimana sampe si Malcolm X begitu?

Hm tadi nggak merhatiin sih! Tadi itu, saya bilang Malcolmblablablablabla. Dia berbuat begitu kan demi kebaikan juga, jadi dia nggak salah

Tapi kan tetep aja dia nyebarin aib saudara sendiri gitu lo~ itu dosa!

Perdebatan semakin sengit dan untunglah segera dihentikan oleh juri dan seluruh santri ikhwan. Memang pokok pembicaraan yang dikemukakan Irfin sebenarnya tidak begitu perlu untuk dibahas. Karena dihentikan dan dianggap mengganggu oleh juri dan seluruh santri ikhwan, Irfin pun merasa sedih dan bersalah. Kasihan memang, tapi biarlah! Ada baiknya juga sekali-sekali membiarkan dia merasakan bagaimana rasanya dibegitukan oleh juri dan seluruh santri ikhwan.

 

Tipuan yang Berhasil#2

Ari dari rumah sebelah merasa dendam pada kelompok 6, karena kelompok 6 diberi dua tingkat, sedangkan kelompoknya, kelompok 3, hanya satu tingkat. Ia mengancam kelompok 6 bagian atas bahwa kelak akan datang sweeper yang akan menggusur mereka ke bawah, atas perintahnya. Semula kelompok 6 bagian atas tenang-tenang saja, namun saat Ari berkunjung ke rumah mereka, kata-kata yang diucapkannya menjadi kenyataan! Seorang sweeper datang, menanyakan apakah kamar mereka bersedia digusur atau tidak, untuk keperluan pasien. Kebetulan saat itu ada beberapa santri yang sakit. Ari pun kabur. Dia tidak mengaku kalau sebenarnya dialah yang memanggil sweeper itu. Dan bodohnya lagi, Irang main Ya-Ya saja (sok prihatin pada pasien), padahal kalau digusur, mereka sendiri kan yang akan menderita!?

Anggota kelompok 6 yang merasa paling ketakutan (gelisah dan panik) akan penggusuran itu tak lain adalah ketuanya sendiri, Irfin.

Aku nggak mau digabung sama anggota kelompok 6 bagian bawah! katanya dengan manja namun ketakutan. Alasannya adalah: Kalau bergabung dengan anggota kelompok 6 bagian bawah (musuh Irfin dalam kelas), Irfin akan dikerjai dan digoda habis-habisan oleh musuh-musuhnya itu.

Selanjutnya masalah tersebut dirundingkan dengan anggota kelompok 6 bagian bawah. Akhirnya, diambil keputusan: Lihat-lihat dulu. Untunglah.

Tak lama kemudian, telepon berdering. Micky mengangkatnya.

Halo?

Iya, halo? jawab Micky.

Ini dari resepsionis hotel, katanya kamarnya mau dipindahin ke bawah ya?

Ah, masa~? Micky sudah tahu kalau yang menelepon adalah Ari.

Iya benar[Grrrrhhh!!!] Aaaah!!! Kok tau sih!!??

Iyalah, suara elo kaya anak-anak sih!

Telepon pun ditutup. Tak lama kemudian, telepon berdering lagi. Masih Micky yang mengangkatnya.

Halo?

Iya, halo? jawab Micky.

Ini dari resepsionis hotel

Di dalam hatinya, Micky bingung menentukan, apakah ini resepsionis yang asli atau bukan.

Ya, kenapa?

Air minumnya mau diganti nggak?

Oh ternyata betulan. Lalu Micky memanggil teman-temannya.

Woi, airnya perlu diganti nggak!?

Nggak, jawab Irang, namun tak lama, Eh, perlu, perlu! Eh, nggak!

Akhirnya Micky mengambil keputusan sendiri: Tak perlu. Pembicaraan dengan resepsionis pun selesai. Setelah itu, semuanya masuk ke kamar, tinggal Irfin yang masih berada di ruangan #3. Tiba-tiba, telepon berdering. Ini sudah yang ketiga kalinya.

Halo?

Eh halo~? jawab Irfin dengan nada menggoda dan kebingungannya yang biasa.

Ini dari resepsionis, tolong di situ siap-siap ya soalnya kamarnya mau dipindahin.

Irfin kaget setengah mati. Ia langsung memanggil Irang agar berbicara dengan resepsionis. Irang langsung mengatasinya, dan ternyata santri lain (lupa namanya) yang menelepon. Untuk kedua kalinya Irfin tertipu.

 

Pasrah dalam Perjuangan Keras ~ Tafakur Alam

Sorenya, diadakan games outdoor#2, berupa tafakur alamya, semacam penjelajahan, lah. Mula-mula, para santri diberi tahu untuk berkumpul di tempat yang ditentukan. Santri yang ikhwan lebih dulu, baru disusul yang akhwat (mereka tidak boleh bertemu). Kelompok 6 berangkat pada gelombang ketiga. Lagi-lagi, Irfin dijadikan pemimpin rombongan (orang yang paling depan). Hal ini, sekali lagi, amatlah kejam! Tapi biarlah! Ada baiknya juga membiarkan Irfin merasakan bagaimana rasanya dibegitukan oleh kelompoknya, dan juga merasakan menjadi pemimpin rombongan.

Nah, tahap awal perjuangan ini adalah menuruni tebing sungai yang licin dan berlumpur, kemudian berendam sambil meniti tali menuju seberang sungai. Tahap awal ini dialui Irfin dengan teknik berenangnya yang aneh, yang dipelajarinya baru-baru ini. Irfin sempat mengundang tawa santri-santri lainnya, tentu saja. Selain teknik berenangnya yang aneh, ekspresinya saat berenang juga aneh, gelisah dan panik, seakan ia sedang berenang dengan bersusah payah di pusaran lumpur yang menelan.

Sesampainya di seberang sungai, kelompok 6 melanjutkan perjalanan (Irfin masih paling depan, memegang erat-erat tali yang dikaitkan dengan dompet kesayangannya). Mereka berjalan melewati pematang sawah yang berlumpur (Irfin sudah terjatuh berkali-kali). Tak lama kemudian, medan yang dihadapi semakin sulit. Mereka mendaki lereng bukit yang licin berlumpur, berbatu-batu dengan sedikit rumput.

Lama kelamaan, Irfin mulai ketinggalan. Ia tak berani untuk mendaki dengan cara berdiri karena jalannya sangat licinkalau tidak hati-hati bisa terjatuh ke bawah. Oleh karena itu, ia merangkak perlahan-lahan. Caranya merangkak sangatlah memukau. Ekspresi wajahnya juga sangat gelisah. Dua orang yang hatinya masih belum tercemar, Mirza dan Bintang, berjaga-jaga di belakang Irfin, khawatir kalau-kalau Irfin jatuh.

Ternyata anggapan Irfin selama ini salah. Tidak semua anggota kelompok 6 bagian bawah merupakan musuhnya, dan mereka sebenarnya tidak serius mengerjai dan menggodanya.

Karena iba melihat perjuangan Irfin yang amat keras, apalagi didukung oleh ekspresi wajahnya yang memprihatinkan, dua orang itu memegangi pantat Irfin agar tidak terjatuh. Bersyukurlah, Irfin, karena masih ada orang yang peduli dan kasihan padamu! Namun sangat disayangkan, ia malah tak tahu berterima kasih. Ia kentut. Dua orang itu untungnya masih tabah, masih mau menolong Irfin meskipun Irfin telah menampik kebaikan mereka.

Lalu Irfin merasa sudah tak kuat lagi merangkak, meskipun sudah ditolong oleh dua orang itu. Akhirnya ia memutuskan untuk menyerah, pasrah pada medan perjuangan yang masih panjang. Serta-merta badannya terpeleset, merosot ke bawah, meluncur menuruni lereng bukit yang licin. Sungguh perbuatan yang bodoh.

Woi! Terus, woi! Jangan pasrah begitu! [Kita gak bisa nolongin kalo elu sampe jatoh!] kata salah satu dari dua orang itu, dengan nada agak heran. Mereka berpikir: Memangnya kita mau melindunginya terus-menerus?

Untunglah, lagi-lagi dua orang yang baik hati itu menolongnya. Akhirnya, dengan bantuan kedua orang itu, Irfin menjejakkan kakinya di puncak bukit (meskipun sudah tertinggal jauh oleh sebagian besar anggotanya). Berterima kasihlah pada mereka, Irfin! Namun sayangnya, Irfin malah sok cuek pada mereka.

Sepertinya Irfin adalah peserta PILAR yang paling menikmati games outdoor#2 ini.

 

Melanjutkan Perjuangan

Di puncak bukit, semua kelompok ikhwan harus membuat menara manusia agar bisa lolos dari lingkaran tali rafia. Ya, di sini memang Irfin tidak banyak berperan. Jadi kita skip saja scene di puncak bukit ini.

Tiba saatnya untuk menuruni bukit, lewat jalan lain. Ada sebagian mentor yang menyatakan bahwa jalan tersebut benar, namun ada juga yang bilang salah. Inilah payahnya PILAR, tidak ada koordinasi yang baik antarpihak. Bahkan survei rute saja tidak dilakukan sebelumnya.

Akhirnya diambil keputusan: Anggap saja jalan tersebut benar! Kelompok 6 pun mulai berjalan menuruni jalan sempit di lereng bukit yang licin dan berlumpur. Berkali-kali Irfin menuruni bukit dengan cara yang aman: Duduk dan meluncur (dengan ekspresi wajah kesusahan/gelisah/panik tentunya).

Beberapa lama kemudian, kelompok 6 tiba di persawahan. Mereka berjalan di atas pematang sawah yang sempit dan licin, melewati persawahan yang luas dan berundak-undak (terasering/sengkedan). Karena banyak undakan menurun, lagi-lagi Irfin meluncur, namun kali ini dengan cara mengangkang (jalannya sempit, dan kiri-kanan mereka adalah sawah/parit). Karena gayanya aneh, Irfin diledek oleh sebagian besar anggota kelompoknya.

Irfin, Irfin kenapa sih kamu harus berenang, mendaki, dan menuruni bukit dengan cara yang aneh lagi memalukan itu? Sebagai temannya, penulis merasa sangat malu.

Ketika menuruni undakan untuk kesekian kalinya (dengan cara mengangkang), tiba-tiba Irfin kehilangan keseimbangan dan GUBRAK (atau) PLUNG. Irfin terjatuh!!! Ke lubang yang cukup dalam. Dalam keadaan yang kalang kabut itu, Irfin memanggil-manggil anggotanya, memohon bantuan dengan nada memelas. Kebetulan seorang anggota kelompok 6 sedang lewat di dekat situ.

Pasya, pasya panggilnya dengan nada merayu. Tolongin aku dong, keluar dari sini

Pasya pun berhenti. Namun ia hanya memandang Irfin saja, sama sekali tak menolong. Sebaliknya, ia malah meledeknya. Kasihan Irfin, tapi biarlah! Ada baiknya juga sekali-sekali membiarkan dia merasakan bagaimana rasanya jatuh ke lubang dan diledek oleh anggotanya. Namun akhirnya Pasya menolong Irfin juga, meskipun sepertinya tidak ikhlas.

Perjalanan pun dilanjutkan. Akhirnya mereka semua tiba di ujung persawahan. Di sana ada jembatan dan kali yang airnya deras. Mereka berlari di atas jembatan dan sampai di seberang kali. Kemudian semuanya diwajibkan melawan arus air agar dapat sampai di tujuan. Lain dengan ikhwan lainnya yang melawan arus dengan cara berjalan, Irfin melawan arus dengan berenang (teknik berenangnya sama seperti sebelumnya: gelisah dan panik, bersusah payah, ekspresi wajah memprihatinkan, seakan sedang berenang di pusaran lumpur). Akibatnya, kertas nametagnya lenyap entah ke mana, sedangkan yang tersisa hanyalah plastiknya yang penuh dengan air kali. Dompetnya yang hanya berisi satu lembar uang kertas Rp 100,00 pun basah.

Karena merasa perjuangan ini masih berat dan medan yang dihadapi masih panjang, Irfin menitipkan dompet dan nametagnya pada Micky, sedangkan dirinya berjuang sendirian dan mati-matian melawan arus. Hal ini serupa dengan perjuangan seorang panglima perang (Ketua kelompok=Irfin) yang menitipkan dua orang korban perang/sandera (dompet dan nametag) yang telah diselamatkannya, kemudian dirinya berjuang demi pihaknya (kelompok 6).

Akhirnya sebagian besar anggota kelompok 6 berhasil lolos dari kali, namun Irfin masih tertinggal jauh di belakang. Sendirian, ia masih berjuang mati-matian melawan arus. Melihat perjuangan Irfin yang tulus, ikhlas, dan penuh pengorbanan itu, anggota kelompok 6 yang telah lolos itu bermaksud kembali ke kali untuk menolong Irfin, namun ironisnya Irfin menolak.

Udah, kamu semua duluan aja! Nggak usah meduliin aku!

Mendengar kata-kata itu, anggota kelompok 6 yang tadinya bermaksud untuk menolong pun merasa ilfil untuk menolong Irfin. Mereka berpikir: Memangnya siapa yang mempedulikan dia?

Meskipun begitu, masih saja ada anggota yang mau menolongnya. Salah satunya adalah Irang. Meskipun masa depan dan harga dirinya telah dihancurkan (dipeluk dengan mesra oleh Irfin), Irang masih tulus dan ikhlas menolongnya.

Akhirnya dengan bantuan Irang, Irfin tiba di rumah mereka dengan selamat. Berterima kasihlah kepada Irang, Irfin! Ia telah dengan tulus dan ikhlas menolong dan melindungimu, meskipun telah kaurusak masa depan dan harga dirinya. Tetapi kau malah sok cuek padanya.

 

Akhir Perjuangan ~ Irfin yang Mendapatkan Kepercayaan Dirinya Lagi

Setelah tiba di rumah, anggota kelompok 6 bagian atas bermaksud untuk mandi secara bergantian. Namun karena ada dua orang anggota kelompok 6 bagian bawah yang memohon agar bisa mandi di atas, waktu mandi mereka terpotong agak lama. Agak lamanya waktu yang terpotong itu terutama disebabkan oleh ketidaktahuan Habu (salah satu dari dua orang itu) akan cara menyalakan kran air.

Ketika waktu tinggal lima belas menit sebelum berbuka puasa, dua orang dari bawah itu pun selesai mandi (secara bergantian tentunya). Seluruh anggota kelompok 6 bagian atas belum mandi!

Untuk mengejar waktu, mereka pun segera mandi secara bergantian. Micky mandi duluan, disusul Bisma dan Irang. Bagaimana dengan Irfin? Meskipun waktu yang tersisa masih ada, ia malah tidak memanfaatkannya.

Aduh~ waktunya pasti nggak cukup, katanya dengan nada manjanya yang biasa (sebenernya sih cukup-cukup aja), kemudian mengambil keputusan dengan penuh percaya diri, Mm gini aja deh aku nggak usah mandi aja ah!

Masya Allah! Percaya diri sekali dia memutuskan seperti itu! Masalahnya bukan karena Irang, Bisma, dan Micky takut kalau Irfin jatuh sakit, namun karena mereka akan menderita jika dekat-dekat Irfin (mereka akan repot menahan napas atau jika sial, tak sengaja mencium aroma asli Irfin yang kurang berkenan).

Mandi! perintah Micky agak jengkel.

Nggak mau ah~! [Kamu nggak usah khawatir aku bakal sakit] sangkal Irfin manja, dengan nada menggoda dan merayunya yang biasa. Sepertinya ia salah mengerti akan maksud perintah itu.

Dengan menahan ketidaktahanannya akan nada Irfin yang disgusting, Micky berusaha membujuknya.

Mandi! [Ntar bau!]

Nggak mau! Udah deh~ nggak pa-pa kok~

Micky sudah tidak tahan dengan nada disgusting Irfin. Ia pun mengalah. Dan Irfin pun melewati saat-saat berikutnya dalam keadaan belum mandi.

 

Malam Terakhir ~ Telephone Terror (Tipuan yang Berhasil#3)

Malam itu, seluruh anggota kelompok 6 berkumpul di bawah untuk mengikuti mentoring. Irfin tampak sangat mengantuk. Berkali-kali ia tertidur dan terbangun dengan kaget. Setelah mentoring selesai, rasa kantuk pun hilang.

Seluruh anggota kelompok 6 bagian bawah bermaksud untuk memesan waffle. Tentu saja sambil bercanda dan mengobrol ria sampai larut malam. Mengetahui maksud mereka itu, Irang bermaksud untuk kabur ke atas. Agar tidak dicurigai bahwa ia merasa malas untuk bergabung dengan kelompok 6 bagian bawah (Irang pasti hanya akan menjadi kambing congek bila bergabung), Irang beralasan bahwa perutnya sakit, padahal sih sebenarnya bohong. Begitu juga dengan Irfin, ia mengikuti Irang ke atas begitu kesempatan itu muncul.

Tadinya Micky juga ingin kabur tetapi dicegah. Akhirnya hanya Bisma dan Micky yang tersisa sebagai anggota kelompok 6 bagian atas.

Pertama-tama, semua anggota kelompok 6 yang berada di bawah masing-masing menyumbangkan uangdemi waffle tentunya. Kemudian Tar(r)a, salah satu anggota kelompok 6 bagian bawah, pun mulai menelepon. Setelah telepon diletakkan kembali pada posisinya, Tara memberitahukan berita buruk:

 

Pesanan bisa diantarkan, tetapi risikonya harus ditanggung sendiri. Pihak sekolah telah melarang pemesanan makanan bagi para santri.

 

Kenapa!? Padahal sebenarnya bukan masalah jika para santri memesan makanan. Akhirnya karena merasa bosan, anggota kelompok 6 yang berkumpul di bawah itu pun merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan. Kejahatan apa?

Rencana jahat mereka pun dimulai. Tara mulai menelepon ke atas, berpura-pura sebagai orang restoran.

Halo.

Eh~ halo~? ternyata Irfin yang mengangkat telepon.

Ini dari Restoran Cenderawasih. Begini tamu dari kamar 5504 (atau 5054, lupa!) mesenin waffle buat kamar Bapak, 5505 (atau 5055).

Apa!?

Iya, jadi saya disuruh sama kamar 5504/5054 supaya nyamperin kamar Bapak. Jadi Bapak siapin uangnya ya!

[Eh~? Apaan sih ini~?] Eh~ iya deh~

Ya udah nanti Bapak langsung bayar ke orang yang nganterin. Terima kasih ya Pak

Eh~ iya~

KLEK, telepon ditutup. Gelak tawa tak tertahankan lagi. Suara anggota kelompok 6 yang berkumpul di bawah menggelegar, memecah kesunyian malam. Tak lama kemudian, mereka mengambil kembali uang mereka. Kemudian dua orang anggota kelompok 6 bagian bawah menuju ke atas untuk menagih uang pada Irfin. Micky dan Bisma pun pergi ke atas. Sesampainya mereka di atas, tampak Irfin sedang kebingungan, gelisah, dan panik, karena didesak oleh dua orang tadi. Irfin mondar-mandir keluar-masuk ruangan #1 untuk mencari uang, yang UNTUNG-nya tidak ketemu. Yah, abis isi dompetnya cuman selembar seratus rupiah sih!

Irfin terdesak lama sekali. Sampai akhirnya dua orang tadi mengaku bahwa mereka hanya bercanda. Dan untuk ketiga kalinya Irfin pun tertipu. Ia tampak sedih kasihan memang, tapi biarlah! Ada baiknya juga sekali-sekali membiarkan dia merasakan bagaimana rasanya terdesak dan dikerjain oleh anggota-anggotanya.

 

Malam Terakhir ~ Rahasia Umum Irfin

Sudah lebih dari satu semester Irang, Bisma, dan Micky mengamati sifat dan perilaku Irfin yang aneh. Memang sifat dan perilaku Irfin agak kewanita-wanitaan, oleh karena itu pada malam terakhir setelah telephone terror, Irang menanyakan hal ini pada orangnya.

Irfin! Elo kok gitu sih? Celana diangkat sampe atas puser, handuk dinaekin sampe nutupin dada, cara jalan juga anggun gw jadinya curiga nih sebenernya ada cewek yang elo suka nggak sih?

Hm nggak tuh! jawab Irfin ringan.

Wah! Beneran ternyata emang Irfin itu suka ama co

Eh, nggak! Nggak! Ada kok!

Kapan sukanya?

Pas SD.

Akhirnya meskipun Irfin terlah memberikan keterangan bahwa ia mempunyai cewek yang disukainya (pas SD lagi!), Irang, Bisma, dan Micky tetap tidak percaya bahwa Irfin menyukai perempuan.

 

Malam Terakhir ~ Tidur bersama Irfin

Di malam terakhir ini, mereka memutuskan untuk tidur di ruangan #3. Sebenarnya mereka tidak mengharapkan kehadiran Irfin bersama mereka, tapi apa boleh buat. Irfin malah mengambil sofa yang seharusnya merupakan jatah Micky. Oleh karena itu, Micky membangunkan Irfin dan menyuruhnya pindah ke sofa yang satunya lagi. Untunglah ia tidak merengek. Mereka bertiga pun tidur bersama-sama.

 

Hari Kepulangan ~ Mysterious Underwear

Paginya setelah mentoring kebun, anggota kelompok 6 bagian atas memulai mandi bergilir dan packing. Di tempat menjemur handuk, mereka melihat ada sebuah celana dalam berwarna putih, bebercak kuning kecoklat-coklatan, bermerek GT Man, berukuran >30, dan agak basah, menggantung di silinder besi.

Karena penasaran, Irang pun bertanya kepada semua yang berada di lantai 2.

Kolor siapa nih!?

Pasti kolor Irfin! kata Micky.

Eh, bukan kok! sangkal Irfin. Bukan kolor gw. Kolor siapa nih!?

Nggak mungkin gw, Bisma, sama Micky naro kolor sembarangan gumam Irang. Udahlah dari mereknya juga udah ketauan, pasti punya elo, Fin Lagian siapa lagi sih di sini yang seceroboh ini kalo bukan elo!

Irfin kelihatan sedikit terkejut, seakan ada sesuatu yang melintas di kepalanya. Kemudian ia mendekat, memperhatikan celana dalam itu baik-baik, dan

Oh iya, ya kata Irfin legapolos. Bener, ini punya gw

 

Hari Kepulangan ~ Mengangkat Handbag dengan Susah Payah

Selesai packing dan menonton film Runtuhnya Teori Evolusi, semuanya diwajibkan untuk membawa bawaan masing-masing ke dalam bus. Irfin pun memulai untuk membawa bawaannya yang cukup berat. Dengan segala daya dan usaha yang dimilikinya, ia mengangkat handbag-nya dan membawanya menuju bus dengan bersusah-payah.

Ekspresi wajahnya sangat memprihatinkangelisah dan panik, seakan sedang berusaha mengangkat barbel besi yang beratnya berton-ton. Kasihan memang, tapi biarlah! Ada baiknya juga sekali-sekali membiarkan dia merasakan bagaimana rasanya mengangkat beban yang sangat berat, ditambah lagi tidak ada orang yang mau membantunya.

 

Tak Terlihat Lagi

Setelah sampai di Labschool dengan selamat, Irfin keluar duluan, mendahului Irang, Bisma, dan Micky. Setelah agak sepi, Irang, Bisma, dan Micky pun keluar dari bus. Tak ada lagi yang mempedulikan di mana Irfin beradasemua sibuk dengan urusan dan barang bawaan masing-masing.

Dalam keramaian santri yang baru pulang dari PILAR itu, Irfin tak terlihat lagi.

 

TAMAT

The End

Fin~


Enter supporting content here