CERITA-CERITA MENARIK KARANGAN CHUUI
Awal
Kabar
Tentang CHUUI
Cerita 1
Cerita 2
Cerita 3
Cerita 4
Cerita 5
Cerita 6
Cerita 7
Cerita 8
Cerita 9
Cerita 10
Cerita 11
Cerita 12
Cerita 13
Cerita 14
Cerita 15
Cerita 16
Cerita 18
Cerita Belum Selesai #1
Cerita Belum Selesai #2
Cerita Belum Selesai #3
Cerita Belum Selesai #4
Cerita Belum Selesai #5
Cerita Belum Selesai #6
Cerita Belum Selesai #7
Legenda Pohon Kemboja Berhantu dan Kisah Cinta di Darjah Aksel-II

Cerita Kesepuluh

Tersebutlah legenda pohon kemboja berhantu yang terletak di tepi lapangan sepak bola lingkungan Labschool. Legenda itu berbunyi, Barangsiapa yang menyatakan perasaan cintanya pada seseorang di bawah pohon itu, maka cintanya akan abadi selama-lamanya...

Jumlah pohon kemboja itu adalah sepasang, namun karena suatu hal salah satu pohon itu ditebang (atau tumbang karena hujan angin). Menurut desas-desus murid Labschool, hal itu berakibat fatal pada nyawa kepala sekolah mereka yang telah berpulang untuk selama-lamanya.

Ada sebuah darjah yang unik di SLTP Labschool, yaitu darjah Akseleresyen-II. Setelah ber-hfUANg dan berfUAS ria (hfUANg dan fUAS=peperiksaan akhir), kini murid-murid darjah itu merasa pUAS. Anihnya, walaupun UANg mereka sudah habis, mereka pUAS. Oleh karena hal itu, mereka akan melancong untuk menghilangkan kepenatan itu. Pertama-tama, mereka mengadakan kunjungan ke Dufan, kemudian diadakan Farewell Party (inilah yang paling dibenci, tetapi sepertinya menarik), dan dilanjutkan dengan perpisahan sedarjah ke wilayah pegunungan, Cisarua, tepatnya gubuk kecil di lorong sebelah Hotel Safari (Meteor) Garden yang disebut orang sekitar sebagai Villa Tiandiva.

Ada seorang murid yang bernuansa Arab di darjah itu yang bernama Rifuki. Ia suka pada seorang murid dari darjah 2A, Cetiridita, tetapi Rifuki belum tahu akan perasaan Ceti yang sesungguhnya. Dan entah ya atau tidak, Rifuki hendak menyatakannya di bawah pohon kemboja keramat itu.

Hari Isnin, tarikh 10 Jun 2002, murid-murid darjah Aksel-II berkumpul di sekolah, tepatnya pada gazebo-gazebo TJ di taman kereta di hadapan sekolah. Hanya Rifuki yang belum tiba, padahal sekarang sudah pukul 08.55.

Kenapa Rifuki lama, sih!? keluh seorang murid yang bernama Bullet.

Tau! balas murid lain yang bernama Ani.

Udah deh, tinggal aja! sambung seorang murid perempuan yang bernama Aishuffyu.

Iya, tinggal!! kata semua murid serentak.

Semua murid langsung naik ke kereta yang akan mereka tumpangi. Karena membazir, mereka banyak yang berkongsi dengan kereta kawannya. Saat kereta terakhir akan bertolak keluar dari gerbang luar sekolah, sebuah motorsikal pun tiba dan seorang anak lelaki melompat darinya. Ia berlari sekencang-kencangnya menuju kereta terakhir. Akhirnya ia berhasil sampai di kereta terakhir yang isinya murid lelaki.

Halo Rifuki! Kok telat!? tanya murid yang bernama Arrieffe.

Yah, maaf... saya udah siap pagi-pagi, tapi saya lupa bangunin paman saya yang bangunnya siang... jawab Rifuki yang nafasnya tersengal-sengal. Rifuki langsung duduk di kerusi kosong kereta itu.

Eh kemaren-kemaren nonton Conan, nggak? tanya Bullet.

Iya, tapi nggak se-spektakuler yang minggu lalu! jawab Michiyuki. Eh, kemaren gue belajar mobil lo...

Wah, belajar mobil? Nggak usah pamer deh! balas Bullet.

Perjalanan menuju Dufan pun bermula. Kereta-kereta mereka memasuki jalan layang bebas rintangan. Setelah tiba di area Ancol, kereta-kereta itu menepi dan keluar dari jalan bebas rintangan menuju Jalan R.E. Martadinata dan Jalan Lodan Raya. Jika tadi mereka lurus, mereka akan menuju Lapangan Terbang Antarabangsa Soekarno-Hatta.

Akhirnya mereka semua tiba di gerbang Taman Impian Jaya Ancol. Setelah mengurus segalanya, mereka masuk ke Dufan satu demi satu dengan karcis terusan. Rifuki yang seumur hidupnya baru pertama kali pergi ke Dufan bertanya, Kita mau ke mana?

Pokoknya yang wajib ada tujuh, 1)Kora-kora, 4)Halilintar, Arung Jeram, Niagara, 3)Ontang-anting, 5)Rajawali, sama 2)Bom-bom Car! kata Chppieeye.

Kalo gitu kita naik Kora-kora aja dulu! seru Ani.

              Murid-murid Aksel-II beserta guru dan WOTK berjalan menuju wahana Kora-kora. Semuanya kelihatan berani kecuali Michiyuki (=Mitchuki) dan Rifuki yang baru kali ini naik Kora-kora. Yang membuat takut Michiyuki adalah cerita Kak Lulu (guru pianonya)...

==============================================================================================================================

Cerita Kak Lulu

Michiyuki: Kak Lulu naek Kora-kora, nggak?

Kak Lulu: Iya.

Michiyuki: Serem nggak?

Kak Lulu: Ya gitu... kan pertama-tamanya ayunannya pelan, lama-lama kenceng...

Michiyuki: Iiih...

Kak Lulu: Terus pas perahunya udah tinggi, orang yang jalanin mesinnya suka usil!

                 Masa langsung dicepetin perahunya...!!

Michiyuki: (Hiiy...) Sereman mana sama Halilintar?

Kak Lulu: Aku bilang sih sereman Kora-kora, soalnya orangnya suka usil!

Michiyuki: Kata temen aku duduknya jangan dibelakang, emang sereman di belakang?

Kak Lulu: Nggak tau deh, aku sih di tengah, tapi tetep aja kerasa. Temen-temen aku

yang berani-berani sih di belakang, katanya kalo nggak mao ngeri, pas perahunya lagi ngayun ke bawah, kita berdiri!

Michiyuki: Hah...? Jangan diceritain lagi deh, aku jadi serem!

Kak Lulu: Iya deh nggak aku ceritain lagi, nggak serem kok, nggak serem.

Michiyuki: Eh masa ya, di kelas aku ada orang yang seumur hidup belom pernah pergi

                   ke Dufan!

Kak Lulu: Hah!!!??? (kemudian tertawa)

==============================================================================================================================

              Kini ke-24 murid Aksel-II + guru dan WOTK sudah duduk di atas perahu Kora-kora. Perahu mulai berayun lambat dan makin lama makin kencang. Semuanya berteriak sebising-bisingnya karena ayunan Kora-kora sudah sangat maksimum. Setelah beberapa menit, akhirnya ayunan Kora-kora mulai melemah dan akhirnya berhenti.

              Michiyuki merasa lemas karena ayunan perahu Kora-kora itu. Sekarang mereka semua berjalan menuju wahana Bom-bom Car, namun karena ramai sebagian murid merasa malas. Beberapa murid berhasil menaiki Bom-bom Car dan berhenti setelah beberapa menit.

Kini mereka menuju wahana Ontang-anting. Semuanya duduk di kerusi ayun dan berpegangan pada talinya. Tiang pemusing mulai berpusing lambat dan makin-lama makin kencang dan bagian puncak tiang itu memiring sehingga ada yang kerusinya rendah dan ada yang kerusinya tinggi. Setelah beberapa menit, Ontang-anting itu makin melambat dan merendah.

Seperti biasa, Michiyuki merasa cemas namun akhirnya terbiasa. Rifuki merasa senang karena setelah tiga belas tahun hidup, akhirnya terkesan dan bisa merasakan bagaimana Dufan itu. Bullet merasa deg-degan karena ia teterpa dedaunan pohon yang rimbun. Perasaan Iisàbiasa saja, Aishuffyuàsenang, Anesiaàbiasa saja, Aniàterkesan+senang+pUAS, Aninditaàbiasa saja, Annisaàbiasa saja, Arrieffeàterkesan+senang+pUAS, Atikaàbiasa saja, Cempakaàbiasa saja, Cinintaàbiasa saja, Eritaàbiasa saja, Chppieeyeàterkesan+senang+pUAS, Glendaàbiasa saja, Handikaàterkesan+senang+pUAS, Tyasàsenang, Indahàbiasa saja, Gyvraneàterkesan+senang+pUAS, Mutiaraàbiasa saja, Ratnaàterkesan bukan main, kagum bukan main, amat sangat pUAS sekali, senang bukan main, bahagia tak terhingga, Rizkyàsenang, dan Echaàbiasa saja.

Sekarang saatnya untuk naik Halilintar. Butuh dua lap untuk memuatkan semua pengunjung asal Labschool itu. Halilintar cukup mendebarkan juga, karena sudah diperbaharui menjadi sangat tinggi. Lintasannya juga menjadi lebih rumit sehingga menambah ketegangan suasananya.

Inilah yang dapat membuat kepala pening, apalagi kalau bukan RAJAWALI. Semuanya sudah naik dan setelah beberapa menit...

Ah, gila! Gue pusing banget! keluh Rifuki yang baru kali ini pergi ke Dufan selama hidupnya.

Aduh, gue mo muntah... wek, wek, wek! keluh Bullet dan tak lama kemudian isi perutnya (nasi+gulai ikan berminyak-minyak TJ+rendang) keluar dari mulutnya dan berceceran di lantai arena Dufan. Beberapa murid merasa jijik dan menjauhinya.

Ini saatnya untuk makan. Semuanya berjalan menuju restoran McDonalds dan membeli apa saja yang mereka inginkan dengan uang masing-masing. Makanan yang dibeli Bullet adalah ayam+kentang+cheese/beef/fillet/BigMac/lain-lain* burger. Karena tak tahu apa yang harus dibeli, murid lainnya+guru dan WOTK mengikuti menu Bullet.

Ketika berada dalam restoran, terjadilah percakapan. Eh, abis ini kita harus naik kincir Kagome! kata Rifuki penuh semangat karena sifat kampungnya yang selama tiga belas tahun hidup tidak pernah sekali pun pergi ke Dufan yang disebabkan oleh tempat tinggalnya yang katanya terletak di kampung yang rawan banjir sehingga diledek oleh Echa dan Rifuki membalasnya dengan Condet/Inpres yang rawan banjir sehingga semua orang percaya bahwa rumah Echa terlelap dan hanya atapnya yang terlihat kemudian Echa marah besar pada Rifuki padahal rumah Michiyuki yang kemarinnya baru belajar mengemudi dan hampir menabrak mobil+tiang+pohon lalu dimaki-maki oleh pengguna jalan yang lainnya juga banjir dan Echa+Erita meledek Michiyuki agar jangan tajir-tajir, akhirnya kan jadi begini....

Naek aja sendiri! Onta mah nggak pernah pergi ke Dufan, cela Bullet.

              Iya saya kan tinggal di kampung! Rumah saya kan jauh! balas Rifuki kesal.

              Oh, iya! Ada dua lagi yang wajib kan!?

              Apaan?

              Niagara sama Arung Jeram!!!

              Apaan tuh? Saya belum pernah dengar...

              Yeeh... dasar Onta Arab yang tinggal di kampung dan baru kali ini pergi ke Dufan!

              Iya tau deh...

              Rifuki, ssst... (Saya kemarin waktu belajar mobil baru pertama kali seumur hidup [selama tiga belas tahun] makan ketoprak...!) sambar Michiyuki yang kebetulan satu meja dengan mereka.

              Hah!!!??? Baru pertama kali!!!??? Hebaaaaat...! kata Rifuki terkagum-kagum.

              Setelah selesai makan, semuanya pergi menuju wahana Niagara dan Arung Jeram. Semuanya merasa biasa-biasa saja karena tidak seasyik yang dibayangkan. Hanya Rifuki dan Ratna saja yang berdecak kagum sekaligus terpesona.

Sekarang saatnya! seru Rifuki, kemudian berlari menjauh dari rombongan.

Eh, mau ke mana!? kata Ani.

Mau naik kincir! balas Rifuki.

Ikut! kata Michiyuki, Bullet, Ratna, Erita, dan Handika serentak.

Rombongan itu terbahagi menjadi dua bahagian. Rifuki, Michiyuki, Bullet, Ratna, Erita, dan Handika berlari meninggalkan rombongan begitu saja dan menuju kincir (lupa namanya...). Rifuki masuk ke dalam bilik sendiri, begitu juga dengan Michiyuki. Bullet berdua dengan Handika dan Erita berdua dengan Ratna.

Rifuki terpesona memandang keseluruhan Dufan dari atas. Michiyuki mendengarkan lagu My Will discman, berharap turunnya salju. Bullet dan Handika hanya diam karena bosan, sedangkan Ratna dan Erita asyik berbual-bual.

Entah mengapa, tiba-tiba saja kincir itu berhenti ketika Rifuki mencapai puncak kincir. Tentu saja Rifuki yang baru kali ini pergi ke Dufan selama hidup yang lamanya tiga belas tahun merasa cemas sekali. Dan entah hanya bayangannya atau bukan, Rifuki melihat semuanya diam. Sepertinya waktu sudah berhenti. Langit menjadi gelap dan turunlah salju. Seseorang muncul di depan Rifuki.

Ada apa sih!? kata Rifuki hairan.

Ada seorang penjahat yang bermaksud merampas jiwa manusia yang digunakan untuk melangsungkan hidupnya, kata orang yang tiba-tiba muncul itu.

Hah? Kikyou dong! Saljunya buat apa sih?

Untuk membekukan semua manusia agar jiwanya dengan mudah dapat dirampas

Tolong gaya bicaranya jangan seperti itu dong! Ngomong-ngomong kamu ngganggu aja deh, pergi sana!

Baiklah Orang itu tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang Rifuki kenal.

CETI!!!???

Bukan!

Jadi siapa dong?

Ya Cetilah! Gimana sih, payah amat! Tadi kamu kasar amat sih!

Maaf deh. Abis salah sendiri gaya bicaranya norak!

Ya udah, sekarang penjahat itu ada di Pusat Pengontrolan dan Pengawasan Dufan! Kita harus ke sana!

              Ceti yang atletis langsung memecahkan jendela bilik itu, mengulurkan tali ke bawah, dan ujung talinya diikatkan dengan jendela bilik itu. Ia menuruni tali itu, sedangkan Rifuki yang kebengongan+termenung karena keatletisan Ceti memandangnya dengan hairan.

              Ada apa? Kenapa diam saja? kata Ceti yang sedang menuruni tali.

              Ah, nggak kok balas Rifuki, kemudian ikut menuruni tali.

              Ketika sampai di bawah, mereka berlari menempuh salju yang turun tanpa henti. Setelah setengah jam, akhirnya mereka tiba di Pusat Pengontrolan dan Pengawasan Dufan. Mereka memasukinya dan menaiki tangga ke lantai dua. Akhirnya mereka bertemu dengan penjahat itu.

              Ah, datang pengganggu. Tapi dia bisa kujadikan mangsa yang bagus kata wanita yang ingin merampas jiwa manusia.

              Siapa kamu! kata Ceti.

              Aku adalah Scorpion, keturunan keluarga Rasputin dari Rusia! Aku terkenal dengan cara membunuh yang unik, yaitu menembak mata kanan korban! Kamu kenapa tidak kena sihirku!? Kalian aneh!!

              Justru kamu yang aneh! Scorpion sudah ditangkap polisi! Kamu kan hanya penyihir yang mengaku-ngaku sebagai Scorpion! kata Ceti sambil menginjak kepala Scorpion gadungan dengan satu kaki. Hmmh sepertinya kamu lemah

              Seenaknya saja! Scorpion gadungan tiba-tiba menghilang, sehingga Ceti kebingungan. Tiba-tiba Rifuki melihat sinar merah yang dibidikkan ke mata kanan Ceti dari lelangit bilik itu.

              AWAAAS!!! seru Rifuki sambil mendorong Ceti sehingga keduanya jatuh bertindihan sementara sebutir peluru melesat hampir mengenai mereka. Wajah Ceti memerah karena Rifuki berada tepat di atasnya. Mereka kemudian langsung saling menjauh karena malu.

              Terima kasih, Rifuki kata Ceti.

              Sama-sama balas Rifuki tersipu.

              Rifuki mungkin aku sudah terlambat untuk mengatakan ini, tapi

              (Apa?) jantung Rifuki berdebar-debar.

              Aku ingin kamu menerima ini!!! Ini busur dan anak panah yang aku beli dengan mengorbankan banyak uangku Gunakan untuk melawannya!

              (Yaaaaah kukira ia ingin menyampaikan perasaannya, tapi untunglah bukan di sini) Baiklah! Terima kasih

              Sama-sama Ceti tersenyum memandang Rifuki.

              Tak lama kemudian, Scorpion gadungan muncul di hadapan mereka. Dengan cepat, Rifuki langsung memanahnya. Sayang, Scorpion gadungan berhasil menangkap anak panah itu dengan tangannya. Namun anak panah itu mengeluarkan cahaya, dan Scorpion gadungan lenyap bersama dengan anak panah itu.

              Setelah itu, keadaan kembali normal. Salju-salju sudah berhenti turun dan mencair, langit kembali membiru dengan cerahnya. Rifuki kembali bergabung dengan rombongan, begitu juga dengan Michiyuki, Bullet, Handika, Ratna, dan Erita yang turun dari kincir yang kembali bergerak. Mereka semua pulang menuju sekolah dengan kereta-keretanya, sedangkan Ceti memilih untuk naik kendaraan umum.

              Beberapa hari setelah itu, diadakanlah perpisahan sedarjah Aksel-II. Semua murid berkumpul di kelas untuk pengarahan. Tiba-tiba Rifuki menemukan secarik kertas dari dalam kantong di celananya. Isinya adalah: Temui aku di bawah pohon kemboja, Ceti

              Tentu saja jantung Rifuki berdebar-debar. Ketika semua murid sedang berjalan menuju bus, Rifuki berpisah dari mereka dan berlari sekencangnya menuju pohon kemboja berhantu. Ia melihat Ceti sedang menunggu di bawah pohon itu.

              Ada apa memanggilku ke sini? tanya Rifuki dengan nafas tersengal-sengal.

              Eh tidak begitu penting, namun aku ingin kamu mengetahuinya Se, sejak pertama kali aku bertemu denganmu, entah mengapa ada suatu perasaan yang tak aku mengerti. Selain itu, setiap kali aku bertemu denganmu, jantungku selalu berdebar-debar. Sebenarnya aku ingin kamu menyadarinya aku suka padamu namun aku tidak tahu bagaimana perasaanmu padaku kata Ceti hampir menangis.

              Eh, tunggu dulu

              Kenapa? Ternyata dugaanku benar, kamu tidak suka padaku perasaanku tidak terbalas cintaku tak terbalas tapi tidak apa-apa kok, mungkin kamu sudah menyukai seseorang Air mata Ceti mengalir membasahi wajahnya.

              Ti, tidak sebenarnya, aku juga dari dulu menyukaimu, namun aku tidak berani menyampaikannya

              Su, sungguh? Benarkah? Terima kasih, Rifuki Ceti menangis bahagia. Aku ingin selalu bersama, namun bagaimana?

              Ceti sudah kuputuskan AKU AKAN MASUK SMU LABSCHOOL!!! Ini kulakukan agar bisa selalu bersamamu

              Terima kasih, Rifuki

              Tiba-tiba dari belakang mereka, datanglah murid-murid darjah Aksel-II yang baru mengetahui kejadian itu.

              Nah ya Rifuki Selamat ya! Semoga cintanya abadi! kata salah seorang murid Aksel-II.

              Cieee akhirnya Rifuki jadian juga sama Ceti romantis sekali kata murid yang lain.

              Iiih, jahat! Semuanya pada ngintip ya? Awas!! kata Rifuki marah kemudian mengejar teman-temannya. Sementara Ceti hanya berdiri di bawah pohon sambil menangis tersenyum.

              Begitulah legenda pohon kemboja berhantu yang terletak di tepi lapangan sepak bola lingkungan Labschool. Barangsiapa yang menyatakan perasaan cintanya pada seseorang di bawah pohon itu, maka cintanya akan abadi selama-lamanya.

Tamat

* Pilih salah satu


Enter supporting content here